Judul : Purple Eyes
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Haru
“Karena terkadang tidak merasakan itu lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi.”
Ivarr Amundsen adalah seorang pemuda yang dingin dan tanpa ekspresi. Selain pembawaan aslinya yang seperti itu, hal itu juga dikarenakan rasa kehilangan yang dimilikinya. Kedua orangtuanya telah meninggalkannya sejak lama, dan ketika sang adik juga ikut meninggalkan dunia, Ivarr mulai retak.
Sang adik, Nikolai, meninggal dengan cara yang mengenaskan. Dia dibunuh oleh seorang pembunuh berdarah dingin yang sedang diburu di Trondheim, dan diambil hatinya. Sejak kecil, Nikolai adalah sebagian dari hidupnya. Mereka saling mengisi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Itulah sebabnya Ivarr merasa tidak lengkap ketika adiknya telah tiada.
Membenci itu melelahkan, bahkan lebih menguras emosi daripada merasa sedih.
Di lain pihak, Lyre dan atasannya, Hades, datang ke bumi untuk menyelesaikan masalah pembunuh berantai di kota yang sama dengan Ivarr. Pembunuh berantai semacam ini akan terus membuat masalah di muka bumi jika Hades tidak bertindak mencabut nyawanya sendiri. Namun karena tidak boleh menyebabkan keganjilan bagi manusia-manusia bumi, Hades harus membuat scenario agar kematian pembunuh berantai itu tidak terasa terlalu tiba-tiba. Untuk itulah dia dan Lyre—yang selanjutnya dipanggil Solveig—menemui Ivarr. Hades bermaksud menggunakan Ivarr dan masa lalunya bersama Nikolai untuk menjalankan rencananya mencabut nyawa si pembunuh berantai.
Namun ada sedikit masalah. Solveig yang mantan manusia, ternyata masih bertindak dan memiliki perasaan seperti manusia. Dia—yang sudah mati, jatuh cinta kepada Ivarr yang masih hidup. Masalah antara perbedaan keduanya ini mengganggu rencana Hades dan membuatnya tetap harus turun tangan menangani masalah ini.
“Semua yang Anda ucapkan kepada saya, yang Anda lakukan kepada saya… itu juga misi?”
“Awalnya. Tapi lama kelamaan tidak. Saya memang benar-benar—“
Hati Ivarr memercayai Solveig. Dan itu sudah cukup.
Sejak dulu. saya memang suka dengan gaya penulisan Prisca Primasari, tapi baru kali ini saya menyukai karyanya tanpa menemukan satu celapun. Saya menyukai gaya bertuturnya yang terasa seperti tengah membaca buku terjemahan. Saya suka dengan setiap karakternya yang bertindak wajar, sesuai masa lalu mereka. Saya juga suka penjelasan sudut kota Trondheim yang dijelaskan dengan sangat magis. Dan entah kenapa bahkan font yang digunakan di novel ini pun membuat daya magisnya bertambah.
Satu-satu kekurangannya mungkin hanya jumlah halaman yang terbatas. Bagian yang menceritakan tentang si pembunuh bayaran dan dengan alasan apa dia tega membunuh begitu banyak orang, kurang diperjelas. Tetapi saya paham, mungkin penulis tidak ingin membuat novel ini malah beralih menjadi novel criminal atau sejenisnya dan ingin mempertahankan daya magis yang sejak awal dibawanya, jadi saya tidak terlalu mempermasalahkannya.
Akhir kata, lima bintang untuk novel magis ini ^^
(Telah ditulis lama tetapi baru di upload sekarang ^^)
Advertisements Share this: