review 1: Tara Johandi adalah salah satu korban yang selamat dari pembantaian di rumah keluarga Johandi. Ayah dan Bibinya meninggal dengan mengenaskan, sedangkan pamannya sekarat di bangsal rumah sakit, sementara sepupunya hilang sejak berhari hari yang lalu. Tara ditemukan polisi sedang terkurung di dalam kotak perkakas dengan kondisi luka luka. Yang lebih parah adalah psikologisnya yang terlihat sangat tertekan. Karena itu dia kemudian dirawat di rumah sakit jiwa didampingi Dr. Alfons, psikiater yang ternyata sudah mengurus Tara sejak sebelum tragedi itu terjadi. Tara memiliki gangguan psikologis yang mulai mengganggu keluarga besarnya.Saat kondisi Tara semakin membaik, pembunuhan pembunuhan misterius makin merajalela di Bandung, kota tempat tinggalnya. Semua mayat dimasukkan ke d... morealam kotak perkakas yang berbentuk sama dengan kotak tempat Tara disekap. Ada apa sebenarnya hubungan kotak-kotak itu dengan Tara? Siapa dalang pembunuhan keluarga Johandi sebenarnya?Wah, ternyata benar kata teman-teman, ini novel psikothriller yang keren. Karakter Tara dibangun dengan apik, termasuk gejala psikologisnya yang agak menakutkan itu. Selain diceritakan dengan dua sudut pandang berbeda, juga dengan alur bolak balik yang pas. Kita dibuat penasaran secara bersamaan, tentang tragedi yang dialami Tara juga tentang kasus kotak perkakas yang muncul setelah Tara sembuh.Sayangnya karakter dari dua pencerita ini kurang bisa terbedakan dalam cara penceritaannya. Seakan akan hanya diceritakan oleh satu orang saja. Pembedanya hanya kita ketahui lewat orang orang yang berdialog dengannya. (Bingung nyeritain tanpa spoiler)HAHAHHAHAAlurnya yang cepat serta konflik mengejutkan yang kadang datang tanpa diduga, membuat saya merekomendasikan buku ini bagi para pencinta thriller. Lima bintang untuk katarsis."Apa aku jahat? Mungkin. Apa aku tidak punya sisi baik? Kau yang memutuskan." -80 review 2: Psychology thriller books are never out of date.I have to read this slow, fight my adrenaline back and try to engage the feeling, situation, and the character. Although after several pages, I experienced the feeling of sudden changing character point of view, at the end I found myself enjoy the book.Actually, the forwards-backwards plot of this book completely do not hamper me to follow the flow of the story. However, the lack of details in describing the situation and exploring the psychology of each character make this book less thrilling.I often found myself raising many questions in the middle of the reading and hoping that the writer doesn’t forget to give clear conclusion so as to convince the readers that every decision that the character has taken before does really have the impact to the story. I appreciate the willingness of the writer to give chances to the readers to guess the motives behind every decision and murder which lead to the mystery-solved-ending. However, again, the psychological backgrounds that each character has are not enough to let the readers feel the ambiance of solving the mystery based on their assumptions.The key of psychology thriller story is the psychological exploration of each character. What they have in mind, how they react to their own wild imagination, why they decide to be a person like the way s/he is, what makes the character changes into the way s/he is, what kind of family background they are into. These are really affect to the flow of the self-characterization as the key character of the story.I hope in the next book, Anastasia Aemilia can make the better psychology thriller novel than Katarsis. You did a good job on the very first move as a writer for psychology thriller genre, but I know you can do better than this.Congratulations and keep up the good work. :) less
