Rate this book

Loversus (2010)

by Farah Hidayati(Favorite Author)
3.28 of 5 Votes: 3
languge
English
publisher
Atria
review 1: Di sebuah sanggar sastra yang saya kunjungi, saya mendapat pertanyaan salah seorang pengarang, kurang lebih begini: “Bagaimana cara mengakhiri konflik dalam sebuah novel?” Pertanyaan itu mungkin menggemaskan bagi calon pengarang yang justru sedang kesulitan menciptakan konflik. Saat menjawab, saya menggunakan contoh novel Loversus karya Farah Hidayati. Dalam novel ini, konflik yang tercipta diakhiri dengan konflik berikutnya, dan pada suatu saat konflik itu membelah diri lalu terjadi secara paralel di waktu yang sama di tempat yang berbeda. Farah Hidayati sebetulnya menulis teenlit (juga pada karya sebelumnya, Alexandria, Mediakita). Novel yang ditujukan kepada pembaca remaja, tentu dengan tokoh remaja (sekitaran SMA) lengkap disertai problem-problem remaja. Namun demi... morekian ada sedikit perbedaan dalam penyampaian. Dari track record sang pengarang yang pernah memenangkan hadiah Ranesi untuk lomba novel (berjudul Rumah Tumbuh), Farah menunjukkan bakat yang kuat dalam mengekspresikan karakter dan peristiwa, sehingga perasaan pembaca—minimal saya—dibawa hanyut.Untuk novel Loversus, saya merasakan keasyikan pada kisah melankolik dari tokoh-tokoh muda yang—seperti juga hidup—tidak selesai pada satu titik. Mungkin, karena itu pula, seperti sebuah pikiran yang kompleks, Farah membagi cerita tentang Elang, Cinta Lestari, dan Keanu; tidak secara berurutan. Pembaca di bawa maju dan mundur, sehingga harus cermat agar tak ‘digulung waktu’. Demikian pula dengan pengarangnya sendiri, memerlukan kepiawaian mengatur kronologi yang tak linier. Menariknya, ada perasaan-perasaan yang terungkap di awal, lalu kita menemukan ihwal di halaman berikutnya.Saya jarang membaca teenlit, sehingga merasa surprise ketika mendapati novel Farah ini mengandung humor yang sinis (seperti upaya menertawakan diri sendiri, nasib sang tokoh) sebagai sebuah gaya. Bahkan ada pesan moral yang cukup kuat dan kontekstual, minimal dua hal, yakni: ajakan mencintai lingkungan dan bagaimana bersikap untuk menjadi diri sendiri.Ketiga tokoh utama yang terlibat cinta namun seperti saling menafikan, tak ubahnya realita: ketika hati menderu namun ada gengsi yang membuat mulut gagu. Saya melihat dengan jelas tiap karakter tokoh menemukan potensi untuk konflik, dan memang seharusnya demikian. Ada semacam ketegaan pengarang yang dihunus demi jalannya kewajaran, mencoba menghindari proses kebetulan, karena justru semua memiliki argument yang memenuhi syarat.Satu hal, barangkali yang luput, bahwa meminjamkan handphone kepada orang lain akan mengandung risiko tinggi. Orang sekelas Keanu memiliki jejaring luas dan mungkin tak terjangkau Cinta yang secara struktur keluarga maupun kondisi ekonomi diletakkan pada posisi membutuhkan banyak pertolongan. Artinya, bakal banyak telepon atau SMS masuk untuk pembicaraan yang bukan urusan Cinta. Namun demikian, porsi itu tak muncul kecuali Mirtha, sepupu Keanu, yang (itu pun) hanya sekali menelepon dan menyebabkan isu heboh di sekolah Taman Ilmu. Semua sudah menjadi bagian yang perlu terjadi, memang, saat Cinta sangat ingin tahu kabar sang ibu di tanah rantau. Dan bagian inilah yang menghimpun hampir seluruh konflik sebagai klimaks novel.Pintarnya Farah, ia membagi ketegangan pada bab demi bab, menebar di beberapa tempat. Di sana-sini saya tergelak dengan sedih, membayangkan hubungan unik antartokoh. Banyak hal tak terpikir oleh saya untuk situasi kehidupan seseorang, jauh dari klise sinetron yang kita tahu dibuat serampangan. Mungkin inspirasi lahir dari realitas (sedikit atau banyak), tetapi minimal ada aktivitas yang tidak perlu mendapat komplain karena umumnya sangat Indonesia.Membaca Loversus—mengapa kemudian saya terkesan—mengingatkan saya pada novel-novel remaja tahun 80-an. Mengingatkan saya pada karya Katyusha, Herlina Mustikasari, Yoppy OL, Nony Lukito…ada sepercik keangkuhan dalam gaya ungkap yang tak peduli pada daya tangkap pembaca. Terbebas dari kecengengan, percakapan sepele, dan alur yang bertele-tele. Satu hal lain, saya sulit menemukan perbedaan signifikan pembagian subjudul, antara bab dengan penanda jantung-hati, tanda pagar dengan angka, simbol elang…yang letaknya tidak terpola. Mungkin, untuk menandai perubahan waktu kilas balik, atau perbedaan topik, dan semacam kesimpulan dari bab…ah, entahlah. Kembali pada kompleksitas, sejak awal masing-masing tokoh telah membawa nasib rumitnya. Misalnya Elang yang kehilangan ayah kemudian memiliki adik tiri sebaya. Cinta dengan problem ekonomi yang membuatnya harus survive di ibukota. Atau Keanu dengan kekuasaan dan materi sang ayah seolah sah-sah saja berada di suatu tempat dan kapan saja berkehendak. Tetapi, saya gemar, karena tak ada peran hitam-putih yang kontras, sebagaimana manusia memiliki keduanya yang kerap mengabu-abu.Ketika ketiganya bertemu dalam satu ruang pergaulan sekolah, hati pun bermain, dan masing-masing secara sadar justru tidak berniat mengungkapkan. Sampai akhirnya bahasa hati itu menemukan kalimat-kalimat cemburu pada saat kenyataan berlangsung tidak sesuai harapan. Bagi Cinta, bukan semata persoalan dirinya yang secara tegar harus dihadapi, melainkan ada perilaku sang ayah yang membuatnya shock. Aduh, semua berjalan manusiawi, sungguh.Mari kita sambut Loversus, sedikit berbeda dari teenlit yang berhamburan.
review 2: Tertarik karena cuplikan di back cover-nya begitu puitis. Kirain berbeda dengan novel-novel populer belakangan tapi ternyata sama aja. Cerita persahabatn sepasang remaja yang diwarnai cinta. Tipikal, yang cewek unik dan menarik, sedangkan si cowok melakukan kesalahan. Ketika menjauh, mereka menyadari rasa kehilangan sebagai cinta...Hmmm, agak bingung dengan plot-nya yang nggak begitu mulus. Idenya plotnya, sih, lumayan, tapi penerapannya aja kurang baik. Saya agak susah payah mengikutinya (apa karena bacanya sambil ngantuk, yah? He he...) karena ketika mengubah sudut pandang, penulis nggak memberi penanda. less
Reviews (see all)
katynp
Ada selipan cerita yang berakhir miris.
aldilahap
pengen sih download bukunya :(
Tabby
cinta ibarat persahabatan
nadia
i want read this book ,
Write review
Review will shown on site after approval.
(Review will shown on site after approval)