Rate this book

Autumn Once More (2013)

by Ilana Tan(Favorite Author)
3.14 of 5 Votes: 5
languge
English
genre
publisher
Gramedia Pustaka Utama
review 1: Dan inilah pendapat saya (yang jelas subyektif) akan ke-13 cerpen tersebut:1. Be Careful What You Wish For oleh AliazaleaSerba nanggung, sepi dan nggak jelas. Tapi utamanya yang saya tangkap dari cerpen pembuka ini adalah misteri (tenang, bukan misteri yang seram kok) yang tidak terselesaikan. Cerpen ini sekedar tell us something happened bukan yang awal-masalah-solusi. Saya seperti merasa cerpen ini sekedar filler doang. Sorry, I don't like it. 2. Thirty Something oleh Anastasia Aemilia.Again, this is another "tell us something happened" short story rather than beginning-conflict-solution. Ceritanya juga forgettable untuk saya, begitu pula karakter-karakternya. Mungkin karena diletakkan di urutan kedua, saat saya selesai membaca buku ini, saya lupa sama cerita ini. Lagi-l... moreagi cerita yang kentang (kena tanggung).Sorry, I don't like it. 3. Stuck With You oleh Christina Juzwar.Cerpen yang ini lebih rapi karena ada awal-masalah-solusi. Temanya masih sama dengan 2 cerpen sebelumnya, seputar cowok dan galau bagi lajang perempuan. Tapi mungkin karena temanya terlalu sering, terlalu umum, terlalu klise dan eksekusinya juga standar saja, jadinya saya keburu bosan saat membaca lagi-lagi tema "cowok dan galau bagi lajang perempuan". Sorry, I don't like it. 4. Jack Daniel's vs Orange Juice oleh Harriska Adiati.Nah sedikit penyegaran saat masuk ke cerpen ke-4 karena tokoh utamanya bukan cewek tapi cowok. Tema utamanya tentang pedekate. Tapi mungkin karena intinya masih nggak jauh-jauh dari galau dan karakter-karakternya juga biasa saja alias tipikal cowok-cowok Metropolis, saya pun cenderung lupa sama ceritanya. Sorry, I don't like it. 5. Tak Ada Yang Mencintaimu Seperti Aku oleh Hetih Rusli. Salah satu cerpen yang masuk kategori tell us something happened. Sebenarnya cerpen ini berpotensi untuk menjadi psikologis thriller macam cerpen-cerpen di Malaikat Jatuh-nya Clara Ng. Apalagi sudut pandangnya banyak menggunakan sudut pandang orang ketiga yang membuat penulis lebih leluasa mengeksplorasi. Sayang cerpen dengan tema "penguntit" ini kurang panjang ditulis oleh pengarang dan jatuhnya cuma "githu doank".Sorry, I don't like it. 6. Critical Eleven oleh Ika Natassa.Sebenarnya saya suka sama cerpen ini. Ada filosofi yang membuat penuturannya seperti sebuah personal literature. Tapi mungkin ini balik ke masalah selera. Saya tidak suka bahasa gado-gado. Saya akui, saya sendiri juga suka mencampur bahasa Inggris saat mereview. Tapi porsinya antara Indonesia dan Inggris yang saya gunakan masih 80:20, masih sebatas selingan. Sementara gaya bahasa Ika seperti gado-gado karena bahasa Indoensia dan Inggris porsinya cukup imbang. Jadi dalam 1 paragraf ada yang kalimat pertama bahasa Indonesia lalu kalimat berikutnya bahasa Inggris dan bahkan ada 1 kalimat yang terdiri atas bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Actually, I quite like it, but that mixed language not my cup of tea, sorry.7. Autumn Once More oleh Ilana Tan.Cerpen yang menjadi judul utama dari buku ini, karena itu tidak salah jika saya berharap lebih dari cerpen ini. Sayangnya lagi-lagi ini salah satu cerpen yang masuk kategori tell us something happened. Tambah lagi saya tidak suka sama karakter ceweknya, Tara yang pemaksa alias egois, cerpen ini masih berhubungan dengan salah satu tetralogi musim-nya Ilana Tan. Memang gaya bahasa Ilana cenderung rapih dan baku, lebih mirip terjemahan daripada fiksi-fiksi metropop pada umumnya yang gaya bahasanya sehari-hari. Tapi entah mengapa saya merasa bosan membaca cerpen ini.Sorry, I don't like it. 8. Her Footprints on His Heart oleh Lea Agustina Citra.Sepertinya mulai dari no. 8 dan seterusnya, cerpen-cerpennya sudah mempunyai pola yang lebih runut (awal-masalah-solusi) daripada sekedar memberitahu pembaca mengenai suatu kisah yang sedang berlangsung. Tema utama cerita ini mengenai rasa percaya dan mantan pacar. Saya rasa temanya akan lebih mellow dan emosional seandainya kedua tokoh sudah resmi menjadi suami-istri. Terlepas dari tema yang klise, saya tidak ada celaan untuk cerpen ini karena menurut saya sudah oke. I quite like it.9. Love is a Verb oleh Meilia Kusumadewi.Saya juga tidak ada celaan untuk cerpen bertema salah paham dalam hubungan ini, saya suka cerpen ini karena tokoh-tokohnya terasa manusiawi. Mungkin satu-satunya kritik adalah saya mulai bosan akan tema cinta dan galau melulu, yang tentu saja masalahnya ada di selera saya. I quite like it. 10. Perkara Bulu Mata oleh Nina Addison.Dari semua cerpen di buku ini, saya rasa cerpen ini paling kental unsur komedinya. Tema dari temen jadi demen sepertinya tak pernah basi sampai kapanpun. Cerpen ini sedikit mengingatkan saya sama Marriageable-nya Riri Sarjono, karena unsur persahabatan ala Friends atau How I Meet Your Mother. Saya suka multiple POV-nya karena membuat cerita jadi ramai.I like it. 11. The Unexpected Surprise oleh Nina Andiana.Akhirnya, setelah 10 cerpen bergenre romens, cerpen ke-11 ini lain sendiri. Mengambil unsur hubungan dalam keluarga membuat saya cepat nyambung dengan temanya. Adegannya sederhana sih tapi sangat membumi. I like it. 12. Senja Yang Sempurna oleh Rosi L. Simamora. Saat membaca paragraf pertama, saya cuma mengerang dalam hati, sepertinya ini akan menjadi cerpen yang not my cup of tea alias bukan selera saya. Dan itu bukan karena isi ceritanya, tapi lebih karena narasinya yang terlalu puitis atau gaya bahasanya yang terlalu berbunga-bunga atau diksinya yang terlalu banyak bermain kata-kata metafora. Entahlah, saya agak lelah membaca yang seperti itu, padahal cerita yang mau disampaikan sederhana saja. Sorry, I don't like it. 13. Cinta 2 x 24 Jam oleh Shandy TanCerpen terakhir ini tergolong singkat, sesuai judulnya yang seperti cinta singkat. Yang bikin saya terkejut bukan karakter cowonya yang ternyata ah saya rasa beberapa pembaca mungkin sudah bisa menebak sejak awal, yang bikin saya terkejut adalah POVnya. I quite like it. Saya rasa secara keseluruhan buku ini cukup oke, karena itu saya menyematkan 3 bintang. Namun jujur saya termasuk lambat baca buku tipis dan ringan ini karena saya merasa agak bosan saat membacanya. Selain itu tidak ada karakter-karakter yang menonjol dan plot ceritanya juga tipikal. Ah mungkin karena romance bukanlah selera saya.
review 2: Tidak menyimpan harapan besar pada buku kumpulan cerpen metropop ini. Saya membacanya karena berniat mencari salah satu cerita yang akan diekranisasi ke dalam bentuk audio visual. Tetapi saya memilih cerpen Sepotong Tangan di buku Kumpulan Cerpen Terbaik Tahun 2008.Di antara sekian penulis yang menjadi kontributor, saya hanya pernah membaca karya Ilanna Tan dan AliaZalea. Karena dulu saya menganggap metropop adalah karya sastra yang egois, salah satunya karena selalu dipenuhi dengan merk dan juga narasi atau dialog berbahasa Inggris. Tapi itu dulu lho, sekarang Metropop mulai berbeda, dan menjadi menarik di mata saya.Dari kedua penulis di atas, tidak ada yang istimewa, sejujurnya. Begitupun dengan cerpen-cerpen lainnya. Mungkin dikaitakan dengan selera kali, ya?Pikir saya, cerpen memang selalu menghadirkan twist, tetapi bukan berarti membiarkan cerita menjadi tidak utuh. Itu adalah satu poin yang saya tangkap dalam buku ini.Dari segi cerita dan pemaparan, saya menyukai cerpen Hetih Rusli. Bisa dibilang, itu selera saya. Saya sempat berpikir bahwa penulis satu angkatan dengan Wina Bodjonegoro yang karyanya memiliki napas yang sama (Dan mungkin, eranya juga sama #peace hehe). Sisanya, mungkin bila buku kumpulan cerpen metropop ini dimatangkan kembali, baik dari segi konsep ataupun penyatuan benang merah, maka akan menjadi kesatuan yang utuh dan tentu saja, menarik. less
Reviews (see all)
gracemonkey1
its so amazing story for me...........for all aouthor, all the best!!
Dance_Star97
#Dan... Hidup tanpanya sama sekali bukan hidup# -- Ilana Tan
jen
Kumpulan cerpen metropop pertama yang terbaca
jdjetz
amazing book
MissKareFree
good
Write review
Review will shown on site after approval.
(Review will shown on site after approval)