Resensi Buku: “Bilangan Fu”

“Tahukah engkau, sebelum nol disempurnakan oleh orang-orang Arab, ia memiliki asal sebuah tanda di India: tanda shunya.”

-Suhubudi, Bilangan Fu

Bagaimana kalau ternyata hal-hal berbau mitos itu sebenarnya bisa dijelaskan melalui fakta sejarah dan budaya? Atau paling tidak dicari hubungannya dengan rasio manusia modern. Bahwasanya mungkin ada penjelasan lain dibalik mitos-mitos tersebut jika kita membuka pikiran.

Diskusi demi diskusi dapat kita temukan dalam buku ini. Isu-isu yang diangkat sangat menarik. Mulai dari konservasi lingkungan, sejarah kerajaan Sunda dan Jawa, Nyi Roro Kidul, monoteisme, dan masih banyak lagi. Alur cerita tetap berjalan seiring dengan diskusi tersebut.

Bilangan Fu mengajak kita untuk berpikir terbuka dan lebih obyektif dalam menentukan apa yang kita lihat/dengar sebagai suatu kebenaran atau bukan. Tidak serta merta semua mitos itu bohong dan semua fakta itu benar adanya.

Berkisah tentang seorang pemanjat tebing bernama Yuda. Yuda kemudian bertemu dengan seorang pemanjat lain bernama Parang Jati. Sepintas tidak ada kepribadian yang menonjol dari mereka berdua, tapi saya kira mereka adalah pemikir ulung. Termasuk dari sinilah kita menyimak diskusi  mengenai topik-topik tersebut di atas. Terkadang saya merasa ini adalah sebuah skripsi atau karya ilmiah yang dibuat ke dalam bentuk novel. Sangat menghibur dan juga memberikan wawasan serta pandangan baru bagi pembacanya. Gaya peulisan Ayu Utami mengingatkan saya kepada Eka Kurniawan pada novelnya Cantik Itu Luka, namun Ayu Utami lebih menekankan sisi ilmiah dibanding fantasinya.

Salah satu contoh analogi yang ada di Bilangan Fu adalah ketika membahas ikonografi satria, atau kesatria, atau heroes. Dalam persepsi Amerika atau barat, satria digambarkan dengan otot-otot kekar seperti Superman, Batman, Rambo, dkk. Dalam pewayangan Jawa, tubuh satria digambarkan sebagai sosok yang ramping liat. Sama seperti pemanjat tebing, walaupun tidak memiliki dada yang mengkal, mereka tetap kuat, karena dada mengkal tidak dibutuhkan untuk memanjat. Dia cuma dibutuhkan untuk menarik wanita. Dari analogi ini kemudian berlanjut kepada pembahasan masuknya Islam ke dalam perwayangan Jawa dan bagaimana pengaruhnya terhadap penggambaran tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.

Banyak lagi pesan kuat nan memukau lainnya. Bilangan Fu adalah komposisi cerdas yang memadukan antara filosofi, budaya, mistik, sejarah, sains, dan agama. Fu sendiri tentu saja memiliki arti dan akan dijelaskan di dalam karya Ayu Utami ini.

ISBN                      : 978-979-91-0122-8

Tahun Terbit      : 2008

Penerbit              : Kepustakaan Populer Gramedia

Penulis                 : Ayu Utami

Genre                   : Fiksi

Tebal                     : 536 halaman (paperback)

Pembatas buku : Tidak ada

Estimasi waktu

membaca            : 6 jam

Rating                   : 9/10

Advertisements Share this:
Like this:Like Loading... Related February 19, 2017February 19, 2017 by Wilman Fathurochman Categories: ResensiTags: Ayo Membaca, Ayu Utami, fiksi, Resensi Leave a comment