review 1: Setelah menunggu cukup lama, akhirnya seri terbaru Garudayana ini terbit juga. Melanjutkan tepat setelah akhir buku ketiga, di sini cerita langsung dimulai dengan adegan pertarungan antara Kirana melawan putri Dushilawati dan anak buah ashura-nya. Kinara mendapat power up berupa baju zirah Antakusuma sepanjang pertarungan, ditambah dengan berbagai persenjataan dari Garu.Seperti sebelumnya, gaya gambar Is Yuniarto masih tetap memukau. Saya terutama suka dengan penggambaran Sapta Pratala dan adegan pertarungan Antareja vs Gajashura. Benar2 keren dan detil. Adegan diperkenalkannya Bima juga sangat keren, apalagi melihat dia bertarung cuma dengan kuku jempolnya.Di sini juga, saya mulai merasakan niat Is Yuniarto untuk membuat Garudayana ini sebagai sebuah serial panjang. Tidak... more seperti Wind Rider yang satu buku selesai, atau Knights of Apocalypse yang diplot sebagai trilogi, Garudayana sepertinya akan menjadi serial yang sangat panjang. Terasa dari plot yang cukup lambat (walau seru), dan mulai diperkenalkannya sebuah artefak kuno yang merujuk ke Raja Rahwana. Bukannya saya tidak suka dengan cerita berplot panjang, hanya saja dengan tempo yang saat ini dimiliki Garudayana, rasanya ada sesuatu yang kurang. Namely, a menacing enemy.Gini, di serial manga/ anime yang berseri (di Jepang sana) biasanya selalu ada tokoh antagonis yang menjadi lawan seimbang (atau lebih kuat) bagi tokoh utamanya. Di Dragon Ball, ada Pikoro, Bejita, dan Frieza yang memenuhi peran ini. Di Fairy Tail, ada Sieghart, Jellal, dan Laxus. Mereka semua mampu memberi kesan seakan-akan tokoh utama akan kalah. Seakan mereka tidak mampu mengalahkan sang final boss ini.Mengenai nanti di akhirnya final boss ini akan kalah juga, itu bukan hal yang penting. Yang penting adalah adanya sebuah kesan bahwa tokoh utama tidak akan mampu menyelesaikan petualangannya. Garudayana kekurangan satu kesan ini.Kesan yang muncul justru, mau sekuat apa pun musuh yang ada, tokoh utama bakal menang juga. Gajashura dikasih doping sama Durshilawati? Ada Antareja yang udah sadar. Zalashura nyerang Kinara berulang kali? Ada Antareja yang nolong (lagi). Antarejanya hampir KO? Bima dateng buat bantu. Bima ga bisa bantu Kinara? Oh, tenang, masih ada Garu kok.Kesannya seperti segala sesuatu digampangkan supaya si tokoh utama bisa menang dan melanjutkan petualangannya lagi. Which kinda reduces the excitement. Saya pun sulit menganggap bahwa lawan2 Kinara adalah lawan yang tangguh dan layak ditakuti dengan perkembangan plot seperti ini.Lawan yang menurut saya benar-benar tangguh, dan layak masuk kategori musuh-yang-bisa-menghentikan-petualangan-jagoan, cuma ada di buku pertama. Ashura Kalagni dan adipati Karna. Sayang mereka berdua tidak muncul lagi. Dan Garu di sini seakan benar-benar menjadi jalan keluar mudah bagi semua masalah Kinara. Jika melihat alur dari buku ketiga, berarti total Garu sudah berubah wujud sebanyak tiga kali dalam satu hari. Perubahan wujud ini saya kira akan menguras banyak tenaga Garu, tapi nyatanya dia mampu memulihkan tenaganya sendiri hanya dengan istirahat beberapa menit. Jika Garu kecil saja sudah sekuat ini, saya tidak bisa membayangkan akan sekuat apa power up Garu waktu dia sudah berkembang besar nantinya. (Menyembuhkan Kinara yang sudah mati mungkin? Garu berubah jadi Phoenix Down)Satu sisi lagi yang menurut saya kurang adalah humornya. Mungkin karena terlalu banyak porsi pada adegan aksi dan penebaran foreshadowing akan wajah Raja Yaksha, unsur humor di sini terkesan dipaksakan. Beberapa bahkan dimunculkan begitu saja sewaktu sedang ada adegan pertempuran yang seru-serunya (Yes, I'm looking at you, Purnakawan).Untungnya, di buku ini ada banyak lagi tambahan lore budaya Indonesia yang dimasukkan dalam plot cerita. Selain bertemu dengan kakek Antareja, saya sendiri baru tahu tentang Paksi Naga Liman dari buku ini, dan akan menarik melihat budaya Indonesia mana lagi yang akan dimasukkan dalam buku berikutnya.Singkatnya, artwork dalam buku ini benar2 keren. Masalah cerita, menurutku memang bagus, but could be better. Saya akan menunggu tokoh antagonis yang benar-benar jago di buku kelima nantinya. review 2: Menunggu lanjutan komik serial itu kudu sabar, jendral! Untunglah setelah berbulan-bulan menunggu, Garudayana 4 akhirnya terbit. Tambah seru karena si bongsor Pandawa, ayahnya Gatotkaca dan Antareja muncul, lengkap dengan kuku andalannya yang jadi merek obat kuat itu. Jadi penasaran ingin lihat adegan crossover Bima dengan cuma satu kuku di jempolnya bertarung dengan Wolverine dengan enam cakar adamantiumnya... less