review 1: Informatif? Jelas! Buku ini merekam keseharian yang terjadi di Pasar Senen dulu, ketika tempat itu menjadi tempat berkumpulnya bermacam-macam seniman Jakarta, dengan berbagai karakter mereka yang eksentrik nan menarik (namanya juga seniman...weleh)Pemaparannya, bahasanya menarik, jenaka. Cerita se-'naas' apapun, seperti tidak dapat gawe, kere, seharian minum kopi thok!, dibuat menjadi lucu. Enak dibaca, enteng atmosfirnya.Penstrukturan tiap cerita juga elok dan cerdas. review 2: Buku ini sangat fenomenal bagi saya, saya mendapatkan buku ini (Pustaka Jaya 1996) tanggal 10 April dan langsung membacanya. Sehari setelahnya, Misbach Yusa Biran meninggal dunia. Saya begitu terkejut mendengar berita tersebut. Indonesia kehilangan satu lagi maestro di dunia perfilman.*... more**Keajaiban di Pasar Senen adalah sebentuk upaya menertawakan diri sendiri, mencoba membongkar kembali apa itu seni. Dengan 'usil', Biran mencukil peristiwa-peristiwa yang terjadi di tahun 50-an di Pasar Senen yang saat itu memang menjadi tempat berkumpulnya para seniman (seniman tulen dan seniman-seniman gadungan). Kelebihannya saya pikir ada di kedekatan penulis dengan peristiwanya, dengan begitu Biran dapat mengangkat peristiwa sederhana yang menarik. Tidak ada kesan sedikitpun untuk mengeneralisir, apalagi menyimpulkan. Ia hanya berupaya memotret sebagian sudut kota, mengangkat sepotong fenomena urban yang memang pernah menjadi bagian dari tumbuh-kembangnya dunia seni Indonesia tahun 50-an.Saya membaca buku ini bersama-sama dengan KLAB BACA TOBUCIL, yang kebetulan saat itu hadir wartawan media cetak, jurnalis, dan seniman rupa. Kita semua terbahak sampai tak tahan, jelas sedikit banyak diantra kita merasa sentilan-sentilan Biran sangat menohok. HOME RUN!!!Ya begitulah cara Biran mengolok-olok dunianya sendiri, dunia kita, juga dunia anda semua. Buku ini adalah sebentuk cara untuk menertawai diri kita sendiri.Selamat jalan Misbach Yusa Biran, Indonesia berhutang banyak pada anda. less