Setelah posting tentang Kafka yang lulus ASI eksklusif di enam bulan, beberapa teman (nggak banyak, tepatnya tiga) bertanya bagaimana tips memberikan ASI eksklusif. Saya tulis saja sekalian di sini dengan judul Menjadi Ayah ASI. Ini salah satu tips yang penting untuk menyukseskan ASI eksklusif.
Menurut konselor ASI yang saya kenal dan artikel yang bertebaran di internet, produksi ASI seorang Ibu sudah disiapkan saat Ibu mengandung. Kemudian dikeluarkan saat bersamaan dengan proses kelahiran. Jumlahnya tidak begitu banyak. Nah, inilah yang sering membuat Ibu khawatir jika tidak mencukupi untuk bayinya. Padahal, ukuran lambung bayi masih kecil (kurang lebih sebesar kelereng). Jadi ya cukup-cukup saja.
Beberapa yang saya dan Bojo lakukan untuk memberikan ASI eksklusif ke Kafka:
1. Niat atau Komitmen
Saya percaya niat itu akan menentukan segalanya. Niat berbanding lurus dengan usaha yang dilakukan. Makin besar niat, maka makin besar usaha dan komitmen yang dilakukan. Niat atau komitmen menjadi modal awal untuk memberikan ASI eksklusif ke Kafka. Saat Bojo dipastikan hamil, kami langsung berkomitmen akan memberikan ASI eksklusif ke calon anak kami. Ingat ya, komitmen kedua orang tuanya. Bukan hanya Ibu tetapi Ayah juga.
2. Cari Ilmu
Saya dan Bojo sadar bahwa kami buta tentang ilmu menjadi orang tua yang baik. Kami tahu bahwa ASI eksklusif baik tapi tidak mengetahui alasannya, bagaimana caranya, dan sebagainya. Hanya tahu dasarnya saja tetapi lengkapnya tidak. Memperdalam ilmu tentang suatu hal itu penting. Selain kami bertambah pengetahuan, hal itu bisa memperkuat komitmen kami. Carilah informasi sebanyak-banyaknya mengenai seluk beluk ASI. Toh internet sudah sangat membantu. Kalau memang mempunyai teman seorang konselor ASI, bisa tanya-tanya. Bisa juga dari buku atau sharing dengan teman yang sudah lulus ASI eksklusif. Atau bisa juga bergabung dengan milis-milis yang berkaitan dengan ASI. Trust me, ini sangat membantu.
3. Persiapan
Sejak usia kehamilan Bojo sekitar tujuh bulan, saya genjot dengan hampir setiap hari makan sayur daun katuk. Kami harus menyiapkan dari awal. Tantangannya adalah agak susah cari daun katuk di Jakarta. Ada sie di supermarket, tapi mahal. Waktu itu, saya pesan ke Ibu langganan sayur kami. Kalau misal tidak ada daun katuk, kami cari penggantinya. Intinya harus disiapkan dari sisi makanan. Saat sudah tinggal di Bojonegoro, kami lebih gampang cari daun katuk. Tetangga ada yang menanam, jadi minta (gratis).
Selain makanan, ada yang dilakukan Bojo saat itu, melakukan pijatan di payudara selama 10 menit setiap harinya. Caranya? Cari di internet, banyak! Apalagi kalau yang mijat suami. Hahaha. Bercanda coy!
Yang terakhir, saat dua minggu menjelang persalinan, istri diberi resep vitamin pelancar ASI oleh dokter kandungan. Bojo hanya mengkonsumsi itu saja. Tidak ada vitamin lainnya yang dikonsumsi selain perbanyak konsumsi sayur dan buah.
4. Afirmasi Positif
Satu hal lagi yang kami lakukan, selalu melakukan afirmasi positif ke diri kami. Saya dan Bojo setiap malam mengajak ngobrol calon anak lanang. Salah satu obrolannya tentang ASI. “Nanti Kafka minumnya ASI sampai dua tahun ya.. doakan semoga pas Kafka lahir, ASI Ibu langsung keluar“, kurang lebih seperti itu. Saya dan Bojo selalu menceritakan keinginan untuk ASI eksklusif ke semua orang. Menurut kami, itu merupakan bagian dari afirmasi positif. Toh, akan banyak orang yang mendoakan, kekuatan semesta.
5. Ayah ASI
Support terpenting ASI eksklusif selain Ibu adalah Ayah. Menurut saya, Ayah menjadi garda terdepan sebagai support system Ibu. Saya berusaha menjadi pendukung pertama bagi Bojo. Caranya gampang kog! Saya selalu memberikan semangat Bojo dan menyakinkan kalau dia pasti bisa. Selain itu, saya juga yang mempersiapkan segala keperluan untuk mendukung ASI eksklusif. Pompa elektrik, botol/plastik ASIP, stiker botol, dot, cooler bag, apron menyusui, dan lainnya. Bojo saya bekerja, jadi banyak yang harus disiapkan. Kenapa kog mau? Saya ingin meringankan pikiran Bojo dari hal-hal yang bisa saya kerjakan. Biarlah Bojo fokus ke persalinan dan menata hati menjadi seorang Ibu.
Ayah ASI tidak hanya membantu saat persiapan, tetapi setelah lahiran, tetap ikut terlibat penuh. Bukannya ikut menyusui ya. Tapi menemani saat Bojo menyusui Kafka. Tengah malam saat bangun, saya coba menemaninya. Saya memberikan waktu istirahat untuk Bojo dengan bergantian gendong Kafka. Saya yang mandiin Kafka. Intinya mah bantu pekerjaan Bojo agar tidak terlalu lelah fisik.
6. Nutrisi
ASI menjadi makanan utama Kafka selama enam bulan. Jadi pabriknya ASI harus diisi juga dengan nutrisi yang cukup. Makanan yang bergizi harus tercukupi. Makanan bergizi tidak perlu mahal. Yang terpenting kandungan gizinya lengkap. Ada karbohidrat, protein, sayur, buah. Susu sebagai tambahan, itupun kalau bisa, kalau tidak bisa ya jangan dipaksakan.
Bojo tidak melakukan pantangan dalam hal makanan. Ya sudah makan saja. Yang terpenting jangan berlebihan. Tapi harus peka juga. Maksudnya kami melihat tanda-tanda yang muncul di Kafka. Khawatirnya ada alergi. Alhamdulillah, sampai sekarang tidak ada tanda alergi muncul di Kafka.
7. Diplomasi & Tim Sukses
Menjadi seorang pejuang ASI dibutuhkan kekuatan untuk mendiplomasi pendapat-pendapat orang bahkan keluarga yang tidak sependapat. Saya dan Bojo dibesarkan di keluarga yang masih belum teredukasi dengan ASI eksklusif. Diawal kami memiliki tantangan untuk menjelaskan keinginan kami untuk memberikan ASI eksklusif. Semua keluarga menyarankan campur susu formula agar Kafka tidak mudah lapar dan bisa tidur nyenyak. Padahal, nangis di malam hari ya wajar-wajar saja. Belum lagi omongan tetangga, “Gayanya ngikutin artis saja. Mau ASI eksklusif“. Kemampuan diplomasi untuk menjawab nyinyiran orang sangat diperlukan. Tak perlu emosi, jawab dengan ilmu yang sudah dipelajari sebelumnya. Alih-alih membantah pernyataan mereka, padahal bisa juga jadi sarana edukasi. Kalau udah kepepet, saya nyinyir balik, “ASI itu gratis lho. Susu formula bayar”
Selain kemampuan Saya dan Bojo untuk menjelaskan ke orang-orang yang kurang mendukung, kami mencari tim sukses untuk mendukung statement tentang ASI eksklusif ini. Setelah selesai melahirkan, Saya meminta dokter kandungan dan dokter anak menjelaskan pentingnya ASI eksklusif di depan orang tua kami. Kemudian saat dijenguk bidan desa di rumah, saya juga meminta hal yang sama. Intinya mencari tim sukses untuk menyakinkan orang-orang yang belum mendukung. Alhamdulillah, semua keluarga akhirnya mendukung untuk memberikan ASI eksklusif.
8. Jangan Stress
Stress bisa menjadi faktor lancar atau tidaknya ASI lho. Makin tinggi stress, ASI semakin seret. Diawal-awal Bojo sempet khawatir kalau ASInya kurang. Saya yakinkan dia kalau jangan khawatir. Semakin dipikirin tambah stress, malah beneran tidak maksimal hasil ASInya. Saya juga berusaha untuk menjadi Ayah ASI yang maksimal. Bantu pekerjaan rumah. Saya yang mencuci, Bojo yang menyetrika. Saya memberikan waktu Bojo untuk me time, sementara Kafka saya yang jaga. Sementara untuk stress pekerjaan, saya berusaha untuk menyemangati Bojo agar tidak stress. Untuk tahu atur waktu pompa dan kerja, mungkin bisa tanya ke Bojo saya langsung.
****
Itulah beberapa cara yang Saya dan Bojo lakukan hingga Kafka lulus ASI eksklusif. Kalau ada pertanyaan, “Saya sudah melakukan itu semua tapi ASI juga belum keluar?“, ada faktor lain yang harus dikonsultasikan ke ahli. Saya baca waktu maksimal itu empat hari sampai ASI keluar. Teman-teman juga harus pantau berat badan bayi. Jika memang berat badannya turun sekitar 7% dari berat badan saat lahir, itu pertanda bayi kekurangan ASI. Donor ASIP atau susu formula bisa dijadikan pilihan. Jangan dipaksakan jika memang kondisi tidak memungkinkan.
Para Ibu harus tetap berusaha agar ASI keluar meski sudah pilihan sufor atau donor ASIP. Harus tetap mencoba menyusui bayi langsung dari payudara, melakukan pijatan dan atau pompa manual/elektrik. Karena semakin sedikit ASI yang keluar, maka semakin turun pula produksinya. Supply berbanding lurus dengan kebutuhan bayi. Makanya Bojo saya selalu mencoba rutin mempompa. Jangan nunggu kencang payudara. Kalau kencang artinya produksi ASI berlebihan dan akan menurunkan produksi ASI. Kenapa saya tahu? Karena saya dengan sengaja melibatkan penuh proses ini. Saya bisa jadi pengingat ke Bojo kalau sedang keluar rumah dan jadwalnya pompa.
Untuk para Ibu yang sedang berjuang memberikan ASI eksklusif, semangat ya! Cari lingkungan yang positif untuk mendukung. Fokus memberikan cinta kasih ke anak dan jangan stress.
Untuk para Ayah di luar sana, yuk jadi Ayah ASI. Dukunglah Istri Anda dalam memperjuangkan ASI eksklusif. Susah lho kalau sendiri! Minimal Anda sebagai penyemangat bagi istri.
Semangat Ibu ASI dan Hidup Ayah ASI!
Advertisements Related