Menumbuhkan Empati Anak

Siang ini kembali Allah tunjukkan pada saya betapa fitrah kebaikan pada anak itu benar-benar ada dan nyata. 

Melihat Bundanya yang sedang repot tak dapat melakukan apapun karena sang adik sedang demam tinggi, si Mas pun mengambil alih beberapa tugas domestik Bunda. 

Selepas sholat jum’at dan makan siang, saat saya tengah mencuci peralatan makan, terdengar suara sapu lidi di depan halaman rumah. Seusai mencuci semua peralatan makan, saya tengok si Adik kembali terkulai lemah di sofa. Dan saya mencoba mencari-cari si Mas. 

Rupanya suara sapu lidi masih terdengar di luar, dan sayapun melihat si Mas tengah menyapu dedaunan yang gugur di depan rumah. Melihatnya mengumpulkan dedaunan di 1 titik, mengambil pengki dan memasukkannya ke dalam tempat sampah khusus daun membuat saya terharu. 

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan mencyduk kebaikan si Mas, segera aneka kalimat pujian saya lontarkan sebagai bentuk apresiasi padanya.

Setelah selesai, saya pun bertanya “Capek kah Mas habis nyapu dedaunan siang-siang gini?” Diapun menjawab, “Lumayan Bun.. Ini Aku keringetan banget. Apalagi Bunda ya tiap hari, 2 kali sehari, dan masih banyak kerjaan yang lain. Makasi ya Bun..”

Masya Allah betapa Maha Kuasa Allah menciptakan anak-anak ini dengan rasa empati yang sungguh di luar dugaan bisa muncul dari lisan seorang anak usia 5 tahun. 

Emosi positif berupa rasa empati itu sejatinya memang Allah yang telah menanamkannya pada anak-anak kita. Mengasahnya dengan terus menerus mengamati segala tindak tanduk baiknya dan memberi feedback positif menjadi salah satu cara menumbuhkannya dengan subur. 

Advertisements Like this:Like Loading... Related