Review Buku #69 – Roar ‘Stormheart 1’ (2017)

The battle is different for every person, for every storm, but one thing always holds true—only one heart gets to live on.

Dunia dimana badai merupakan ancaman terbesar bagi manusia. Mereka yang tidak mempunyai pertahanan yang kuat akan terpikat dengan badai hingga mereka celaka. Hanya Stormling yang dianggap bisa melawan badai tersebut. Namun badai mempunyai rahasia. Badai mempunyai jiwa dan perasaan masing – masing. Di saat badai susah untuk diprediksi, muncul rumor tentang seseorang yang bisa menciptakan dan mengendalikan badai seperti mainan.

Setelah kematian kakaknya, posisi pewaris kerajaan Pavan jatuh ke tangan Aurora Pavan. Di umurnya ke 18 tahun, kewajiban untuk melindungi kerajaan dari badai harus diterima oleh Aurora. Semua keturunan kerajaan Pavan adalah Stormling, dimana darah mereka mengandung sihir untuk mengendalikan Stormheart. Tetapi masalah besar yang harus dihadapi Aurora adalah ia tidak mempunyai sihir. Aurora tidak bisa merasakan apapun saat menyentuh Stormheart. Karena itu Aurora akan dinikahkan dengan Cassius Locke, pangeran kedua dari kerajaan Locke. Jika Aurora tidak bisa menggunakan kekuatan untuk melindungi kerajaannya, setidaknya suaminya yang seorang Stormling bisa menggantikannya.

Kenyataan Aurora yang tidak mempunyai sihir dirahasiakan dari orang luar. Hanya ibunya Aurora, Ratu Aphra, yang mengetahuinya. Aurora juga tidak mau memberitahukan rahasia itu pada Cassius. Aurora tidak mau dianggap tidak berguna dan kemudian disingkirkan oleh Cassius. Tetapi saat hati Aurora tersentuh oleh segala tingkah tulus Cassius, Aurora berpikir mungkin ia bisa mempercayai calon suaminya itu. Namun dunia memang tidak seputih di pandangan Aurora.

People are not recipes to be carefully measured and mixed together. Life is imprecise and messy.

Cassius mempunyai rencana rahasia di balik kedatangannya ke Pavan. Aurora pun tidak bisa mempercayai Cassius. Keputusannya untuk menguntit Cassius secara diam – diam malah membawanya ke pasar gelap di tengah kota. Pasar yang disebut Eye itu menjual badai ukuran kecil, seperti Blizzard dan Lightning. Semua jenis badai itu dimasukkan dalam toples kecil. Artinya pembeli yang bukan Stormling bisa menggunakan kekuatan badai, meskipun dalam skala kecil. Berbeda sekali dengan pengetahuannya selama ini.

Di pasar Eye, Aurora bertemu dengan pria bernama Locke. Bukan Locke yang seorang pangeran, tetapi Locke seorang pemburu badai. Locke dan kelompoknya menghasilkan uang untuk bertahan hidup dengan menaklukkan inti badai dan mengubahnya menjadi serpihan badai kecil atau berupa bubuk dengan bantuan penyihir. Karena perbuatan mereka dianggap legal, maka badai tersebut hanya bisa mereka jual di pasar gelap.

Aurora sudah lelah dengan hidupnya yang dikekang dalam kerajaan tanpa mengetahui aslinya dunia di luar sana. Aurora juga tidak mau menikah dengan pria yang ia tidak cintai. Ia ingin menjalankan hidup sesuai dengan keinginannya sendiri. Aurora pun memutuskan untuk bergabung dengan Locke dan temannya. Dengan dibantu Novaya, teman yang ia percayakan rahasianya, Aurora pun pergi meninggalkan kehidupan sebagai putri Aurora dan hidup memakai nama Roar. Untuk mengelabui prajurit kerajaan yang mencarinya, Roar memotong rambutnya dan juga mewarnai rambut putihnya menjadi coklat.

When you live in a place so ruthless, you learn to protect the things that matter. To be ruthless in return.

Banyak yang Roar pelajari di dunia barunya itu. Misalnya tentang kekuatan penyihir yang menakjubkan hingga fakta baru dari badai yang tidak pernah ia ketahui. Locke juga melatih Roar agar siap berhadapan dengan badai. Setiap badai mempunyai efek pesona yang memikat dimana manusia yang terkena efek itu akan diam mematung dan membiarkan badai menghantamnya. Karena itu kunci utama dalam melawan badai adalah mental dan pikiran yang kuat.

Namun ada sesuatu yang berbeda dengan efek badai yang dirasakan oleh Roar. Roar tidak diam mematung, tetapi emosinya meledak tidak beraturan. Ketika bertemu dengan badai pertamanya yang berupa twister, emosi Roar menjadi marah dan menyerang Locke yang kebetulan sedang di dekatnya. Tapi di badai lainnya, Roar sempat merasakan emosi sedih yang sangat dalam. Melihat keadaan Roar yang tidak biasa seperti itu, Locke berjanji untuk menemukan penyebabnya dan membantu Roar ke depannya.

Di saat Roar bingung akan emosinya terhadap badai yang aneh, ia juga harus mengatasi perasaannya pada Locke. Roar tidak mau terkait pada pria itu dengan rahasia gelapnya yang masih menghantui. Tapi seperti badai yang tidak bisa diduga, tidak ada yang tahu juga ke arah mana pilihan yang diambil oleh Roar.

To love something was to tempt fate to take it away.

Wew gue tidak menyangka kalau buku ini lumayan menghibur hingga akhir. Awalnya gue berpikir konsep cerita dimana badai dijadikan musuh itu terkesan aneh. Tetapi Cora Carmack menyampaikan ceritanya dengan baik sehingga badai tersebut terlihat menarik dan bahaya.

Perkembangan alur ceritanya sedikit lambat. Ya sebenarnya gue tahu alasan ceritanya seperti itu untuk membuat pembaca mengerti bagaimana perkembangan mental Aurora dari lemah menuju mental yang siap dengan bahaya. Tetapi minus proses cerita yang seperti itu sempat membuat gue bosan dengan latihan Aurora yang seperti terlihat tidak ada kemajuan. Gue bilang “seperti”, jadi bukan berarti tidak ada kemajuan total.

Mari kita tidak bicarakan lagi kekurangan ceritanya, tapi bicara tentang faktor kelebihannya.
Meskipun alurnya sedikit lambat, tetapi sepanjang ceritanya terus menumbuhkan rasa penasaran dalam diri gue. Cerita dengan tema seperti ini baru pertama kali gue baca sehingga gue sama sekali tidak bisa menduga akan ke arah mana cerita ini berlangsung. Lalu romansanya yang dibangun perlahan membuat gue menghargai hubungan Roar dan Locke. Ditambah lagi sisi pandang para tokoh utamanya diceritakan satu per satu sehingga setiap tindakan mereka bisa gue maklumi tidak secara sepihak.

“I’ll be back,” Locke whispered, his head dipping toward her ear. “And then it will be me who won’t leave your side.”

Jadi sebenarnya deskripsi badai yang diceritakan itu apa? Bagaimana perlawanan manusia terhadap badai? Oke sekilas saja penjelasannya.
Badai (storm) di dalam cerita tidak monoton hanya angin topan saja.  Contoh storm yang disebutkan dalam cerita misalnya twister, skyfire, firestrom, blizzard dan bahkan fog (kabut) juga termasuk dalam kategori storm.
Jika Stormling langsung menggunakan Stormheart untuk melawan balik storm, proses hunter saat melawan badai sedikit rumit. Misalnya jika Firestorm muncul, badai api itu akan memancarkan hawa panas. Sehingga para hunter akan melawannya dengan Stormheart yang bisa memunculkan kekuatan air atau hawa dingin untuk melemahkan dan mengecilkan si Firestorm itu. Inti badai adalah tempat yang paling aman dan sunyi, sehingga Locke masuk ke daerah inti Firestorm dan berusaha untuk mengambil hati Firestorm yang berbentuk versi mini dari badai tersebut. Karena si badai terus bergerak, maka Locke juga harus berlari mengikuti arah si badai agar posisinya yang berada di tengah badai tetap terjaga hingga ia berhasil mendapatkan hatinya. Well begitu deh.

I know the shortness of this life, and when I make a decision, I do not look back. My decision was made the moment I laid eyes on you.

Lalu siapa sangka kalau pemburu badai seperti Locke ternyata hot. Ketika gue menganggap kalau nama “Locke” itu hot, ternyata nama asli Locke adalah Kiran Thorne. KIRAN. Namanya semakin membuat gue menyukai tokoh tersebut. Jika dilihat dari sifat Kiran yang tulus, firasat gue tidak akan ada masalah yang begitu besar saat identitas Roar terbongkar. Okay. Sangat ditunggu kelanjutan kisah mereka.

Advertisements Share this:
Like this:Like Loading... Related