Review Buku #76 – The Wall of Winnipeg and Me (2016)

You can’t live your life bottling everything up. You need people, even if it’s only one or two, to believe in you.

Mungkin semua perempuan tidak akan berpikir dua kali jika bekerja dekat dengan pemain professional football yang tampan dengan bentuk tubuh luar biasa yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Masalahnya adalah mereka yang melihat dari luar tidak tahu kalau sifat pria sempurna itu bisa sungguh melelahkan.

Setelah bekerja selama dua tahun sebagai asisten pribadi merangkap bertugas membersihkan rumah dan memasak untuk The Wall of Winnipeg, Vanessa Mazur memutuskan untuk berhenti. Tabungannya sudah mencapai angka yang aman untuk dirinya mulai menjalankan pekerjaan desain yang ia cintai. Tapi Vanessa sedikit merasa bersalah jika harus meninggalkan Aiden Graves. Meskipun sifat pria yang mengambil posisi defensive di team football itu super sangat menyebalkan, Vanessa tetap peduli. Selama dua tahun, Vanessa berusaha menahan diri setiap Aiden membuatnya marah.

It was nice, but nice didn’t do anything when everyone seemed to smile at it and then walk right on by.

Pada akhirnya, emosinya menghadapi tingkah Aiden sudah berada di tahap akhir. Vanessa bisa bertahan dengan sifat dinginnya, tapi bertingkag brengsek kepadanya di depan orang lain sudah masuk cerita yang berbeda. Vanessa pun langsung keluar dari pekerjaannya dan tanpa sepatah kata perpisahan pada bossnya itu.

Empat minggu berlalu dengan Vanessa yang sibuk dengan pekerjaan desainnya. Di minggu ke empat, Vanessa dikagetkan dengan kedatangan Aiden ke apartemen kecilnya. Aiden ingin agar Vanessa kembali bekerja padanya. Tentu Vanessa menolak meskipun diimingi kenaikan gaji. Permasalahannya bukan karena gaji yang kurang, tapi sikap Aiden yang tidak pernah menghargainya. Bahkan salam selamat pagi dari dirinya selama dua tahun ini saja Aiden tidak pernah membalas.

It wasn’t a monster that destroyed lives unless you let it.

Aiden beberapa kali datang menemuinya dengan tujuan yang sama. Lalu di kedatangan Aiden yang terbaru, pria itu berkata bahwa visa kerjanya akan berakhir, yang artinya Aiden harus kembali ke Kanada. Tapi Aiden tidak mau kembali ke Kanada meskipun ia tidak bermain di tim Three Hundreds-nya lagi. Dengan terus terangnya, Vanessa memberi ide agar Aiden menikah dengan perempuan America untuk mendapatkan status penduduk America. Aiden langsung meminta agar Vanessa yang melakukannya dengan alasan Vanessa sangat mengenal Aiden.

Vanessa menolak permintaan tersebut. Aiden yang tidak peduli saat ia berkata ingin keluar dari pekerjaan, tiba – tiba meminta agar dirinya melakukan tindak kejahatan berbentuk pernikahan palsu untuk kepentingan Aiden sendiri… sungguh tidak masuk akal. Ditambah lagi jika kedok mereka terbongkar, yang berakhir di penjara adalah dirinya, bukan Aiden.

Tetapi Aiden berjanji untuk membelikannya rumah dan melunasi hutang Vanessa. Hutang Vanessa 6 digit angka yang tidak mungkin lunas dalam sepuluh tahun ke depan. Akhirnya setelah menimbang dan berpikir berat, Vanessa menerima permintaan itu. Dengan syarat adalah Vanessa tetap melakukan pekerjaan desainnya. Vanessa tidak mau dengan menjadi istri Aiden, ia harus mengurus urusan Aiden seperti pekerjaannya dulu sebagai asisten. Aiden sendiri juga berjanji untuk mencoba terbuka dan menjadi sahabat bagi Vanessa.

Vanessa tahu ini semua hanya pekerjaan dengan janji di atas kertas untuk lima tahun ke depan. Tapi Aiden sungguh menepati janjinya dan berubah menjadi Aiden yang berbeda. Aiden yang perhatian dan peduli dengan pendapatnya. Aiden dengan senyum yang tidak pernah Vanessa duga akan menjadi bom bagi hatinya.

So what if there’s a chance some people that you don’t know don’t like you? Their opinion shouldn’t matter. At the end of the day, you’re still going to be you.

Dari sejumlah buku yang sudah dirilis Mariana Zapata, ini adalah buku pertamanya yang gue baca. Berawal dari gue yang sedang butuh cerita slow-burn romance dan setelah mencoba cari tahu di goodreads, disinilah gue berada.

Mariana terkenal sebagai topnya dalam bidang slow-burn romance. Sekarang gue mengerti kenapa ia terkenal dengan tipe cerita macam tersebut.
It’s so damn slow. SLOW BUT SO DAMN GREAT. Gue seperti mengenal luar dan dalamnya Vanessa karena begitu banyak isi pikirannya yang dijabarkan, bahkan untuk hal kecil pun. Perkembangan hubungan Vanessa dan Aiden yang bisa membuat gue membayangkan mereka itu sungguh ada. Vanessa yang tangguh dalam semua masalah hidupnya dan Aiden yang menggemaskan. Di dalam cerita, berpuluh – puluh kali digambarkan sosok Aiden yang besar. Otot yang wah, betis yang wah, lengan yang wah hingga sixpack yang double wah. Semua besar dan macho karena posisinya sebagai defensive. Tetapi sebenarnya Aiden itu mirip anak kecil yang setengah polos. Gue sampai tertawa dan greget melihat sisi lain Aiden yang tidak terduga.

Menghabiskan cerita ini dengan audiobooknya membuat gue semakin ketagihan. Meskipun durasinya 16 jam, tapi waktu cepat berlalu saat gue sedang mendengarkannya. Lalu setelah bertemu epilog cerita, untuk beberapa jam gue masih memikirkan Aiden.
Sungguh disesalkan tidak ada cerita dari sisi pandang Aiden. Ada disinggung bahwa sebenarnya Aiden dari dulu “melihat” Vanessa, tapi karena prioritasnya pada football sangat besar, Vanessa pun salah paham. Gue penasaran bagaimana awal mulanya perasaan suka Aiden pada Vanessa muncul. Namun sayangnya tidak ada dan gue sedikit sedih untuk ini.

You have no idea how terrible you make me feel sometimes.

In other words, saat sedang ingin sekali cerita romance yang pelan membara, author ini layak dipilih. Jumlah halaman yang segunung dan proses cerita yang lama akan terbayarkan di ending dengan puas.

Advertisements Share this:
Like this:Like Loading... Related