Rate this book

Arsitektur Yang Lain: Sebuah Kritik Arsitektur (2011)

by Avianti Armand(Favorite Author)
4.06 of 5 Votes: 4
languge
English
publisher
Gramedia Pustaka Utama
review 1: Fuhh, baru saja selesai tamatkan buku ini sampai diiringi kopi O dan bayu malam yang sedikit dingin. Ini adalah buku yang ditulis oleh seorang arsitek Indonesia, tentang bagaimana dia cuba mencamtumkan titik-titik Arsitektur dengan hal-hal substans yang mendalam. Dalam bab "Rumah Tuhan", Avianti menceritakan bagaimana tukang bina memperhalusi Cahaya supaya ia terang diatas dan mewakili 'Tuhan' dirumah ibadat. "Arsitektur Yang Lain" pula memperihalkan seorang arsitek yang cuba dengan upaya membangunkan rumah untuk orang-orang tidak mampu. Tapi barangkali bab "Pagar" lah yang paling memikat, kerana disini beliau cuba terangkan dengan ringkas bagaimana tembok-tembok yang angkuh dan tinggi memperkotak-katikkan kemanusiaan seluruhnya.Memandangkan aku bukan pelajar Aristektur, m... moreasih banyak lagi yang belum aku fahami. Tapi apapun, ia adalah sebuah buku yang berbaloi untuk dibaca.
review 2: arsitektur yang lain; sebuah kritik arsitektur"mari kembali ke zaman ketika hanya ada tuhan dan empat manusia: adam, hawa, kain, dan habil."percaya atau tidak, kalimat di atas adalah kalimat pembuka dari sebuah buku arsitektur, judulnya: 'arsitektur yang lain; sebuah kritik arsitektur', penulisnya: avianti armand. kalimat yang saya kutip itu bukan satu-satunya kalimat yang terdengar puitis-filosofis di dalam buku tersebut, akan lebih banyak lagi. bahkan saya ingin bilang bahwa buku ini sangat puitis. filosofis juga.membaca buku ini lebih lanjut, ada --setidaknya-- dua hal yang ingin saya bagikan kepada anda. pertama: avianti armand.konon, ketika menghadapi sebuah tulisan, buku, kita seharusnya mengabaikan biografi penulisnya demi mempertahankan obyektivitas kita. tapi sederhana saja, saya hanya ingin memberitahu kepada anda bahwa selain dikenal sebagai arsitek dan mendapat berbagai penghargaan, avianti armand juga menulis. artikel arsitektur tentu saja. cerpen dan puisi juga. dengan beberapa penghargaan juga.begitu kata halaman terakhir buku ini.dari sini kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi avianti armand yang puitis. mungkin juga sedikit filosofis. seperti puisi. begitulah kemudian buku ini tampil dengan, menurut saya, bahasa yang merdu. saya berusaha obyektif. sungguh.hal kedua yang ingin saya katakan adalah: minim gambar.ya, buku ini tidak memuat banyak gambar atau foto atau sketsa sebagaimana layaknya sebuah buku arsitektur yang seringkali tampil seperti album foto. hanya ada beberapa foto hitam putih yang buram. beberapa malah seperti tidak fokus. nyleneh. nyeni.apa jadinya sebuah buku arsitektur tanpa --atau minim-- gambar? gampang. arsitektur yang lain. tapi yang lebih penting daripada itu adalah pertanyaan, 'apa sebenarnya tujuan avianti tidak memuat banyak gambar di dalam bukunya?' tidak gampang ternyata. avianti sedang ingin mengatakan bahwa arsitektur bukan hanya 'melihat', tapi 'merasakan'. demikianlah zhumtor.ada dua puluh enam [26] artikel di dalam buku ini. avianti armand menceritakan sekaligus menyampaikan kritik tentang segala sesuatu yang dirasakannya dalam arsitektur. tentang jendela, tentang pagar, tentang dapur, tentang rumah, tentang monumen, tentang kota, tentang ruang, tentang lingkungan, tentang bangunan, tentang arsitek, tentang gaya arsitektur. tentang arsitektur.ada satu kesan yang tidak bisa saya elakkan ketika selesai membaca buku ini: suram. ada pesimisme yang sedang ditiupkan oleh avianti armand dalam bukunya. jakarta, atau kota secara umum, digambarkan dengan suram dalam "3 am. 4 am" dan "gelora". atau lihatlah bagaimana perkembangan arsitektur itu sendiri yang begitu pesimis dalam "kitsch". puncaknya: "2046". sebuah bayangan avianti atas masa depan.begitupun, ada jalan lain --arsitektur yang lain-- yang ditawarkan, atau dicatat, oleh avianti. "sandy dari bukit duri" yang menggambarkan perlawanan dari sebuah titik kecil di jakarta. atau "arsitek indonesia = arsitek dunia" yang membuat telinga saya berdenging, teringat pada 'garuda di dadaku' dari netral.tapi kesan bahwa arsitektur itu suram dan membuat kota, juga kemanusiaan kita ikut suram, tetap tidak mau pergi. begitu kuat melekat.dan avianti sendiri mengutip seneca: "believe me, that was a happy age, before the days of architects, before the days of builders." less
Reviews (see all)
sam
Bahwa arsitektur itu bukan hanya soal tata ruang yang nampak. Kritik yang memikat.
ncarr345
Kembali berkutat pada saru pertanyaan : Apa itu Arsitektur ?
sunrah08
nice
Write review
Review will shown on site after approval.
(Review will shown on site after approval)