Rate this book

Bukavu (2008)

by Helvy Tiana Rosa(Favorite Author)
3.99 of 5 Votes: 5
ISBN
9791367337 (ISBN13: 9789791367332)
languge
English
genre
publisher
Lingkar Pena Kreativa
review 1: HELVY BICARA CINTA,PERANG DAN KEMANUSIAANJudul Buku : BukavuGenre : Kumpulan Cerpen (Literatur & Fiction)Penulis : Helvy Tiana RosaPenerbit : Lingkar Pena Publishing House (LPPH)Saya pertama kali ‘menjumpai’ Helvy pada sekitar tahun 1998-1999 di majalah sastra Horison waktu saya SMA. “Jaring-jaring Merah” yang memikat, bercerita tentang tragedi kemanusiaan di Aceh yang ditulis dengan sangat menyentak, telah membekas begitu dalam di memori saya. Saya seolah merasakan benar bagaimana berdarahnya rakyat Aceh (terutama kaum perempuan dan anak-anak yang biasanya menjadi korban paling dominan). Pada akhirnya, “Jaring – jaring Merah” dinobatkan menjadi salah satu di antara cerpen – cerpen terbaik Horison dalam satu dekade (1990-2000).“Jaring – Jaring Merah” ... morekita temukan juga dalam buku kumpulan cerpen Bukavu ini. Bukavu adalah sebuah potret kecil dari sebuah dunia ‘kecil’ yang berisi tentang cinta yang tercabik di sana sini karena penindasan dan kekerasan yang tak berkesudahan. 18 cerpen dengan berbagai tema dan gaya tutur yang terkumpul dalam buku ini, merupakan rekam jejak ‘perjalanan’ HTR dalam dunia sastra dalam rentang 1992-2005.Sebagian besar cerpen dalam buku ini berlatar konflik – konflik kemanusiaan yang terjadi di Indonesia ataupun belahan dunia lainnya. Di antaranya adalah “Ze Akan Mati Ditembak” (Timor Timur, Sebelum lepas dari Indonesia), Cut Vi, Jaring-jaring Merah, Ketika Cinta Menemukanmu, Pulang (Aceh), Sebab Aku Cinta Sebab Aku Angin (Ambon), Darahitam (Madura – Dayak), dan Lelaki Kabut dan Boneka (Bom Bali). Sementara konflik luar negeri diwakili oleh Hingga Batu Bicara (Palestina), Lorong Kematian (Bosnia) dan Kivu Bukavu (Tragedi Rwanda).Yang menarik, cerita – cerita yang ‘berdarah-darah’ ini disampaikan dengan sangat ‘cantik’ dengan gaya penuturan yang memikat dan puitis. Nampaknya ini menjadi kekuatan karya – karya Helvy yang membuat pembacanya enggan untuk tidak membaca sampai akhir keindahan tuturan Helvy yang mirip sebuah puisi, meskipun bukan itu tujuan utama yang ‘dibidik’ oleh Helvy. Helvy berbicara tentang perang, cinta, kemanusiaan, politik akan tetapi disampaikan dengan cara yang indah dan menyentuh dengan bahasa yang begitu bergelora, yang sanggup ‘mencuri’ perhatian pembacanya. Dalam beberapa aspek, saya ‘menemukan’ semangat dan kekuatan seorang penulis Palestina yang juga menulis tentang perang dan politik dalam karya – karyanya; Jihad Rajbi (dalam kumpulan cerpen Li Man Tahtamil Al-Rashashah (Filistin Muslimah, 1993) yang kemudian diterjemahkan HM. Anis Mata dengan judul Peluru Ini Untuk Siapa? (Pustaka Firdaus & Yayasan Sidik, April 2005)). Pilihan Tema dan gaya bahasa Helvy dan Jihad memang nyaris sama. Setiap usai membaca Jihad Rajbi, saya selalu terpaku, menjadi lebih semangat dan termotivasi. Hal yang sama selalu saya rasakan usai membaca “Bukavu” Helvy Tiana Rosa ini.Maka, bacalah “Ze Akan Mati Ditembak” yang bercerita tentang seorang Ze, pemuda yang begitu mencintai bangsanya yang harus mati dalam dekapan Lorosae yang ia cintai dengan sepenuh hati. Membaca cerpen ini, mengingatkan kembali kita pada ‘luka kita sendiri’, ketika Timor Timur akhirnya memisahkan diri dari Republik Indonesia dan membentuk negaranya sendiri.Bacalah juga “Cut Vi”, “Jaring-jaring Merah”, “Ketika Cinta Menemukanmu”, “Pulang” yang berlatar Aceh. Helvy berhasil memotret Aceh dengan sangat ‘indah’. Sekalipun cerpen – cerpen ini menceritakan duka rakyat Aceh akibat DOM dan juga Tsunami, namun Helvy ‘membuat’ tokoh – tokohnya terlihat tegar dan kuat. Semangat ini bukan hanya terdapat dalam 4 cerpen berlatar Aceh ini, tapi hampir di semua cerpen – cerpen Helvy. Tokoh – tokoh dengan daya vitalitas dan keinginan bangkit yang luar biasa akan sedikit banyak memotivasi pembacanya untuk ‘berani’ menantang hidup.Sementara itu, “Lelaki Kabut dan Boneka” (yang juga dimuat di majalah sastra Horison) adalah sebuah cerita yang dibingkai dengan gaya simbolik yang memikat. Cerpen ini mengisahkan tentang pergulatan batin “Lelaki” dengan tokoh “Sunyi” yang sebenarnya adalah suara hatinya sendiri. Cerpen ini menggambarkan secara samar tentang tragedi kemanusiaan di Bali (Bom Bali 2002).“Hingga batu Bicara” yang berlatar Palestina memberikan banyak informasi penting kepada pembacanya tentang program – program Yahudi juga kebiadaban mereka dalam membantai rakyat palestina. Sebagian besar cerpen – cerpen Helvy dihasilkan melalui penelitian dan juga hasil wawancara dengan ‘korban penindasan’, “Hingga Batu Bicara” ini adalah salah satu contohnya, juga beberapa cerpen yang terdapat dalam buku ini.Dalam cerpen Bukavu (yang juga menjadi judul buku ini) Helvy mengisahkan nasib tragis minoritas suku Tutsi yang dibantai oleh suku Hutu. Helvy memotret kondisi para pengungsi yang sangat menyedihkan dan tragis di Rwanda.Apakah Helvy selamanya bicara tentang peperangan dan pembantaian?!Tema – tema ‘sederhana’ nampaknya juga menarik Helvy untuk menulisnya. Ironi – ironi sosial yang berkembang dalam masyarakat juga dikemas dengan menarik oleh Helvy.Tengoklah bagaimana kisruhnya hati Sih (tokoh dalam “Pertemuan di Taman Hening”), seorang penulis perempuan yang ‘berdialog’ dengan ‘tokoh-tokoh’ yang diciptakannya sendiri. Ya, sebab hanya ‘di Taman Hening’ ia menemukan ‘janji sang suami’ sebelum menikahinya. Namun di alam nyata, yang ia dapatkan adalah ‘tamparan berkali-kali’ hingga pipinya lebam dan berdarah. Kisah KDRT ini ditulis dengan sangat miris tapi lembut oleh Helvy.Kemudian dalam “Juragan Haji”, Helvy berbicara tentang perempuan tua yang begitu rindu untuk ke tanah suci, sementara majikan dan putri majikannya (perempuan tua itu seorang khadimat (pembantu) berkali – kali naik haji, meskipun tak jua membekas dalam perilaku mereka. Sedikit nyinyir memang. Tapi membaca cerpen ini membuat kesadaran kita tersentak, bahwa masih banyak orang – orang di sekitar kita yang sebenarnya ‘membutuhkan tangan’ kita.Selanjutnya ada “Titin Gentayangan” (seorang gadis yang ingin bunuh diri), “Peri Biru” (nasib para TKW) dan “Mencari Senyuman”.Cerpen terakhir yang saya sebut (“Mencari Senyuman”), sepertinya lebih cocok disebut naskah drama pendek, dibandingkan dengan sebuah cerpen. Karena itu, sedikit ‘aneh’ memasukkan ‘cerpen’ ini dalam kumpulan Bukavu, sekalipun pesan moral yang disampaikan sangat menggelitik.Pada akhirnya, cerpen – cerpen dalam kumpulan ini bukan hanya menyisakan sebuah ‘renungan kecil’ usai kita membacanya, tapi juga ‘menggerakkan’! Hanya sayangnya, ada banyak kesalahan editing yang cukup mengganggu, misalnya penomoran halaman yang tidak sesuai dengan daftar isi, juga banyak kesalahan ejaan. Kesalahan kecil memang, tapi betapa mengganggunya.Namun, bagaimanapun, inilah sebuah kumpulan cerpen yang patut untuk diapresiasikan dan tentu saja akan menjadi koleksi menarik bagi para pencinta sastra dan kemanusiaan!Teruslah menggerakkan dunia, Helvy!!!
review 2: BUKAVU karya Helvy Tiana Rosa menghimpunkan 18 cerpen bernada puitis dengan pelbagai tema di seluruh Indonesia dari Timor Timur hingga ke Aceh dalam menyorot penderitaan dan kekerasan manusia khususnya wanita.Kumpulan cerpen pengasas Lingkar Pena ini yang mengangkat sastera Islam, turut merentasi sempadan geografi dengan meninjau bumi Palestin sambil menterjemahkan hadis akhir zaman berhubung batu yang berkata-kata menjadi cerpen, Hingga Batu Bicara.Helvy turut membawa pembaca menelusuri kekejaman dan kejahatan tentera Serbia melalui watak tentera dalam Lorong Kematian, satu cara pengarang ini meluahkan kebenciannya kepada kezaliman musuh Islam.Lewat cerpen Kivu Bukavu berlatarkan konflik bersenjata di Rwanda, Helvy seolah-olah berbicara dengan karyanya yang mewakili hati nurani tanah air sambil mengangkat potongan sejarah pedih negaranya apabila kemanusiaan bukan saja dipijak-pijak, bahkan disembelih secara literal.Pendirian idealistik Helvy jelas terasa lewat Ze Akan Mati Ditembak, tetapi diakhiri dengan adegan yang seolah-olah mewakili kekalahan idealisme itu kepada realiti apabila wataknya yang memperjuangkan tolak ansur antara kebebasan total dengan kekuasaan autonomi di Timor Timur menemui kematian.Cerpen Ketika Cinta Menemukanmu yang mengangkat latar Aceh dan menelusuri tragedi tsunami pula, menyorot gelora emosi watak Cut Nyak Dhien yang kehilangan keluarganya sehingga terpaksa menagih kasih sukarelawan lewat Dr Di serta Cut Isma, tetapi kemudian ditinggalkan.Gelombang tsunami yang menggoncangkan tanah Aceh itu ternyata membekas dalam naluri kemanusiaan dan kepengarangan Helvy melalui satu lagi cerpennya, Cut Vi yang turut mengangkat konflik di wilayah yang terbakar dengan api permusuhan itu.Meskipun pengarang tampak terganggu oleh penderitaan dan kekerasan seperti pengeboman Bali lewat Lelaki, Kabut dan Boneka itu, naluri kewanitaannya kadangkala terserlah juga lewat cerpen yang lebih lembut, tetapi tidak kurang konfliknya seperti Pertemuan di Taman Hening.Dalam cerpen itu, Helvy menyelongkar perasaan isteri yang terpaksa mengunyah penderitaan secara senyap sehingga membina watak lelaki idaman yang tidak mungkin hadir dalam kehidupannya, tetapi pembaca mungkin terkeliru akan kewujudan watak itu ekoran pergelutan emosi.Pada kesempatan lain pula, cerpen Juragan Haji tampil secara sederhana untuk mengkritik secara halus golongan berada yang berbangga menunaikan haji beberapa kali, tetapi tidak menterjemahkan agama dalam kehidupan mereka atau sekurang-kurangnya menghormati kemanusiaan.Kekuatan dan ketelitian dalam pemilihan diksi yang puitis serta sarat dengan makna dalam kumpulan cerpen ini tidak dapat diragukan lagi sehingga sasterawan besar Indonesia, Putu Wijaya, menyimpulkan bahawa cerpen tidak mungkin membatalkan Helvy sebagai penyair.Bagaimanapun, penggunaan dialek tempatan yang disesuaikan dengan latar cerpen agak mengganggu kerana pembaca terpaksa membelek halaman akhir setiap cerpen untuk mengetahui maknanya, sekali gus boleh merencatkan alur pembacaannya.Secara keseluruhannya, Bukavu seolah-olah percikan sensitiviti yang menjadi badai dalam jiwa kepengarangan dan kemanusiaannya kesan daripada pergolakan yang menggoncangkan tanah airnya, selain khabar derita yang dikirim dari negara umat Islam di dunia.Tokoh Muslimah sastera IndonesiaHELVY Tiana Rosa, pengarang kelahiran Medan pada 2 April 1970, menjadi tokoh penting dalam sastera Indonesia apabila mengasaskan Forum Lingkar Pena (FLP) pada 1997 yang mewarnai sastera Islam dalam peta kesusasteraan yang bermacam ragam di negara itu.Helvy mendapat pendidikan sarjana muda di Fakulti Sastera, Universiti Indonesia (UI) dan sarjana di Fakulti Ilmu Budaya di universiti yang sama, sebelum berkhidmat sebagai Pensyarah Bahasa dan Sastera di Fakulti Bahasa dan Seni, Universiti Negeri Jakarta (UNJ).Beliau menghasilkan lebih 40 buku pelbagai genre sejak 1996 dengan sebahagiannya diterjemah ke bahasa Inggeris, Jepun, Arab, Sweden, Jerman dan Perancis seperti Ketika Mas Gagah Pergi, Sebab Sastra yang Merenggutku dari Pasrah, Hingga Batu Bicara, Nyanyian Perjalanan, Manusia-manusia Langit, Titian Pelangi, Lelaki Kabut dan Boneka, Tanah Perempuan serta Bukan di Negeri Dongeng.Selain pembabitannya dalam FLP sebagai Ketua Majlis Penulis FLP, Helvy turut aktif dalam kegiatan kesusasteraan seperti Anggota Majlis Sastera Asia Tenggara (Mastera) dan Anggota Dewan Kesenian Jakarta.Beliau turut membentuk Teater Bening di Fakulti Sastera UI yang dianggotai pelajar wanita menulis dan berpengalaman menulis naskhah drama serta mementaskannya di Gedung Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta.Puisinya, Fisabillah memenangi Peraduan Cipta Puisi Yayasan Iqra peringkat kebangsaan, manakala cerpennya, Jaring-jaring Merah, memenangi Cerpen Terbaik Majalah Sastra Horison (1990-2000) dan Lelaki Kabut dan Boneka pula meraih Anugerah Pena.Beliau turut menerima anugerah Tokoh Perbukuan Nasional, Islamic Book Fair Award anjuran Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) dan Anugerah Tokoh Sastera Eramuslim.Dalam keterampilannya sebagai tokoh Muslimah, beliau diberi penghormatan untuk menerima Anugerah Ummi oleh majalah Ummi; Anugerah Inspirasi Wanita (Tabloid Nova dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan); Anugerah Muslimah Teladan (majalah Alia); Ikon Wanita Indonesia (majalah Gatra). less
Reviews (see all)
karla
banyak makna di kumcer ini,baik tersirat maupun tersurat
naveenshukl
tema yang beragam dikisahkan dengan gaya menarik.
Samantha
tulisan mbak Helvy memang selalu juara :D
Tiebay
baru bc cerpen pertama c..tp uda oke..
Amanda
Must read!
Write review
Review will shown on site after approval.
(Review will shown on site after approval)