Rate this book

Sepeda Merah Vol. 1: Yahwari (2003)

by Kim Dong Hwa(Favorite Author)
3.98 of 5 Votes: 1
languge
English
publisher
PT Gramedia Pustaka Utama
series
빨간 자전거 [Bbalgan Jajeongeo]
review 1: Para los habitantes de una pequeña aldea aislada en mitad del cmapo de Corea, el único nexo con el mundo exterior es el cartero que con su bicicleta se dedica a llevar las misivas de un lado a otro. La bicicleta roja recoge conmovedoras historias sobre las relaciones humanas en una Carea que parece anclada en el pasado.Una narración poética embellecida por una naturaleza vibrante."Un padre dejará siempre los mejores calcetines para sus hijos, y él se quedará con los que estén raídos"
review 2: Setelah membaca serial Warna karya Kim Dong Hwa, saya jadi tertarik untuk membaca Sepeda Merah. GPU sendiri sudah menerjemahkan dua seri-nya. Untuk buku #1 ini, cukup lama saya cari-cari sampai akhirnya seorang teman menemukannya di sebuah online shop di Medan. K
... morearena memang berniat mengoleksi, maka saya langsung membelinya. Ini sudah jadi buku langka lho...Novel graphis Sepeda Merah ini bercerita tentang seorang tukang pos di Yahwari yang mengantarkan surat dengan sepedanya yang berwarna merah. Setiap hari dia melewati jalan yang sama, sampai-sampai dia menghapalkan rumah-rumah penduduk dengan ciri-ciri yang ada . Misalnya rumah putih dengan pohon poplar, rumah kuning dalam kehijauan dan masih banyak lagi. Saking hapalnya, setiap dia mengalami imsonia di malam hari, cukup dengan mengulangi perjalanannya dia bisa tertidur dengan cepat.Tapi kisahnya bukan hanya tentang si tukang pos saja. Ada juga kisah para ayah dan ibu. Ada kisah anak kecil yang menunggu si tukang pos yang akan memberinya permen jika dia jenuh. Ada kisah seorang nenek tua yang menghitung keriput di wajahnya. Atau seorang janda dan duda yang akhirnya "dijodohkan" oleh si tukang pos.Membaca Sepeda Merah membuat saya teringat pada masa-masa dimana saya sering menantikan kedatangan pak pos. Benar-benar tukang pos, bukan kurir ekspedisi :) Ada rasa yang berbeda ketika saya menerima sepucuk surat dari pak pos. Membaca tulisan tangan di atas lembaran kertas berhias juga punya kesan tersendiri.Saya juga teringat masa dimana saya dan beberapa teman juga pernah menjadi "pak pos". Sewaktu SMA, saya tinggal di asrama sekolah yang jaraknya dari kota terdekat kurang lebih 10 km. Waktu itu belum ada hape, telpon saja masih jarang (hanya ada satu di ruang kepala sekolah). Pak pos hanya datang seminggu sekali mengantarkan surat-surat buat guru-guru dan para siswa yang tinggal di asrama. Biasanya setiap hari Minggu, ketika saya dan beberapa teman pergi ke kota untuk gereja, kami akan membawa surat-surat dari teman-teman di asrama untuk diantarkan ke rumah pak pos. Di sana, pak pos akan memberikan surat-surat buat penghuni asrama kepada kami. Membawa kabar dalam sepucuk surat untuk teman-teman itu rasanya seperti orang penting lho. Soalnya sepulang gereja, pasti teman-teman sudah menunggu surat yang kami bawa. Jadi... kami pun selalu ditunggu :DSekarang pak pos sudah jarang mengantarkan surat. Lebih sering ngantar paket pos. Ohya, saya masih lebih suka menggunakan jasa pos untuk pengiriman ke luar kota dibandingkan ekspedisi lainnya. Soalnya hanya pak pos yang mau mengantarkan paket sampai ke pelosok. Bahkan pak pos di kampungku sana sudah kenal dengan keluarga kami. Misalnya saya ngirim paket ke rumah, tapi pas di rumah ga ada orang, pak posnya berinisiatif mengantarkan ke rumah nenek atau ke sekolah tempat kakakku bekerja. Ekspedisi lain mana mau kayak gitu.Hwaa...jadi ngelantur karena bernostalgia. Lanjut lagi ah ke buku #2. less
Reviews (see all)
Ashrita
teksnya dikit,..gambar lebih banyak bercerita,..pesan2nya singkat tapi dalam..
Rayzor
DONE. Cerita2 yg menginspirasi+kaya makna :)
raymundo98
Romantis dan manis dengan caranya sendiri.
Clare
Heartwarming. :')
hailedurden
Sederhana.
Write review
Review will shown on site after approval.
(Review will shown on site after approval)