Book Review: One Hundred Names

Penulis: Cecelia Ahern
Alih Bahasa: Nurkinanti Laraskusuma
Hak Cipta Indonesia, Penerbit: GPU, Jakarta
Tahun: 2014
Halaman: 459

Kitty Logan ditugaskan Pete, pemimpin redaksi barunya untuk menulis kisah terakhir yang tidak sempat ditulis Constance, pemimpin redaksi Etcetera yang baru meninggal karena kanker.
Kitty menyanggupinya, demi terus bertahan di Etcetera.
Kitty mendapat petunjuk berupa daftar seratus nama yang disimpan Constance. Ia hanya punya waktu dua minggu untuk menulis kisah dari keseratus nama itu. Padahal, Kitty tak pernah mendengarnya satu pun. Akankah Kitty berhasil membuktikan pada Pete bahwa ia layak dipertahankan di Etcetera?

Kitty Logan mengalami hari buruk akibat acara teve yang dibawakan olehnya ternyata menuai banyak kontroversi. Profesinya sebagai jurnalis terancam. Begitu juga posisinya di Etcetera, apalagi setelah Constance—sahabat baik sekaligus pemimpin redaksi, meninggal karena kanker dan Pete segera mengisi kekosongan jabatan tersebut. Kendati persoalan yang terjadi pada acara teve tersebut, menyudutkan Kitty. Ia jadi bulan-bulanan semua orang. Bukan hanya para penulis Etcetera, tapi juga semua orang yang menonton teve dan membaca berita. Bahkan apartemennya pun jadi sasaran kemarahan dari pihak Colin, pihak yang dirugikan karena liputan Kitty. Entah siapa yang melakukannya, yang jelas apartemen Kitty jadi awut-awutan dan Kitty pun diancam pemilik gedung agar segera pindah demi kenyamanan bersama. Untung saja Steve, teman baik Kitty yang juga seorang jurnalis media olah raga, berkenan membantu untuk membereskan kekacauan yang terjadi di apartemen.

Kitty yang sedih karena acara tevenya, panik karena hampir dipecat, dan bingung karena topik tulisan terakhir Constance, merasakan emosi yang campur aduk. Tidak ada satu dari seratus nama itu yang ia kenal. Belum lagi, ketika ia mencoba menghubungi mereka, Kitty acap kali hanya diabaikan. Richie, teman kuliah Kitty muncul seperti kembang api dan menambah beban Kitty.

Dari seratus nama itu, dalam kurun waktu dua minggu, Kitty hanya berhasil menemui beberapa orang saja. Itu pun melalui cara yang bermacam-macam dan cukup sulit. Orang kedua adalah Ambrose Nolan, pengamat kupu-kupu. Orang ketiga adalah Eva Wu, pebelanja pribadi. Yang keempat adalah Jedrek Vysotski yang ingin memecahkan rekor dunia bersama temannya, Achar. Orang keenam adalah Bridget ‘Birdie’ Murphy, nenek yang tinggal di panti jompo. Nomor tujuh adalah Mary-Rose, gadis yang selalu dilamar. Sementara nomor enam puluh tujuh, Archie Hamilton, ayah dari Rebecca yang dibunuh sebelum ulang tahun yang keenam belas.

Dari enam nama tersebut, Kitty menemukan hal yang luar biasa. Ide yang diusung oleh Constance, yang diinginkan Constance supaya Kitty menulisnya.

Ada kutipan yang aku suka banget, beberapa di antaranya:

Tiap orang biasa memiliki kisah luar biasa. Kita semua mungkin menganggap diri kita tidak hebat, bahwa kehidupan kita membosankan hanya karena kita tidak melakukan sesuatu yang menggemparkan atau menghasilkan tajuk di surat kabar atau memenangkan penghargaan. Tapi sebenarnya kita semua melakukan sesuatu yang menakjubkan, yang berani, yang seharusnya kita banggakan. (hlm. 449)

Novel ini benar-benar bagus. Aku rekomendasikan pada semua orang supaya baca ini. Bukan hanya kisah-kisah dari enam nama yang berhasil Kitty kumpulkan, tapi juga tentang bagaimana Kitty mendapatkan kisah-kisah mereka. Layaknya kue crepes, ada lapisan di atas lapisan, dan ada lapisan di bawah lapisan lainnya dan itu semua patut diperhatikan. Juga cerita-cerita sampingan dari masing-masing nama, serta tentang Steve, yang melengkapi novel ini jadi satu kisah yang sempurna.

Novel ini ditutup dengan sangat apik dan memuaskan. Serius deh, kalian harus baca buku ini. Menggugah, menginspirasi dan membuat rongga dada kita terasa hangat.

Till next time, cheerios!

 

 

 

Catatan: review pertama untuk #SoulSister Reading Challenge 2018

Advertisements Share this:
Like this:Like Loading... Related