Book Review: The Chronicles of Audy: O2 – Orizuka

Judul: The Chronicles of Audy: O2

Penulis: Orizuka

Penerbit: Penerbit Haru

Jumlah Halaman: 364

ISBN: 9786027742864

Harga: 71.000

Rate: 5 out of 5

“Keluarga memang lebih baik saat berkumpul. Tapi walaupun tidak berkumpul, keluarga tetap keluarga.”

Buku keempat dari Kronik kehidupan seorang Audy Nagisa. The Chronicles of Audy: O2 merupakan lanjutan dari buku sebelumnya—4/4. Audy kali ini dipusingkan dengan pernyataan Rex Rashad yang sangat tiba-tiba.

Cowok itu sebentar lagi akan berangkat ke MIT untuk mengejar gelar sarjana s1-nya, dan dia meminta Audy untuk menunggunya selama dua tahun dan dia bilang akan kembali untuk menjemput Audy! Sementara, Audy juga sudah geram dengan keberadaan Ajeng yang sangat cocok jika disandingkan dengan Rex. Sama-sama anggota Team Elite.

“Aku pernah tidak melihatnya selama beberapa hari dan itu rasanya menyakitkan. Sekarang, bagaimana bisa aku menunggunya selama empat tahun tanpa melihatnya sama sekali?”

Belum puas rasanya semesta membebani Audy dengan pengerjaan skripsinya yang tidak kunjung selesai, permasalahan internal keluarga 4R juga menyita perhatiannya.

Maura yang selalu murung tiap kali selesai berinteraksi dengan Rafael yang masih menganggapnya asing; Rafael yang cenderung takut dengan Rex hingga Audy dan Romeo berusaha sangat keras untuk mendekatkan mereka berdua.

Sialnya lagi, kini Romeo, si R3, yang selalu bertingkah konyol dan jenaka, mulai menunjukkan sisi lainnya kepada Audy, keseriusannya. Romeo seperti meminta perhatian lebih Audy, ketika dia bertanya, apakah dirinya tidak cukup dibandingkan dengan Rex?

Keempat buku dari seri Audy ini sukses membuatku jatuh cinta. Itu kesimpulannya. Perasaan yang kudapat setelah membaca O2 tidak jauh berbeda dengan apa yang kurasakan setelah menamatkan 3 buku sebelumnya.

Seri Audy ini lebih menitikberatkan pada kehangatan keluarga, yang sangat mendominasi isi cerita. Tanpa adanya romans berlebihan dan drama kacangan, cerita ini sudah sangat ‘ramai’.

Bermodal proses pendekatan antara orang-orang yang berkarakter jauh berbeda, novel ini berhasil memberikan sensasi keseruan yang sama ketika aku membaca novel lainnya dengan masalah yang lebih kompleks. Misalnya pembunuhan, perselingkuhan, kematian, kekerasan.

“Kamu nggak perlu menjanjikan apa pun. Kamu cuma harus percaya sama aku. Kamu harus percaya kalo di dunia ini, kamu adalah orang yang paling aku butuhkan.”

O2 punya caranya tersendiri untuk menghibur pembaca. Narasi-narasinya yang ringan dan kocak, karakter-karakter yang sangat mudah dicintai, dan ide cerita yang unik, membuat buku ini sangat digemari.

Regan yang sabar dan bijak, Romeo yang tengil dan kekanakan, Rex yang dingin dan jenius, dan Rafael, balita ‘ajaib’ yang kadang kurang sopan, tapi bisa mencuri hati siapa pun hanya dengan tingkah polosnya. Audy adalah salah satu orang paling beruntung dengan menjadi baby sitter Rafael.

Siapa yang nggak tersentuh melihat interaksi manis yang terjadi dalam satu keluarga yang anggotanya bertolak belakang seperti itu? Kehadiran Audy ini sangat memberi warna baru bagi 4R.

“…jika mereka berharap dan berusaha, hal-hal indah mungkin menunggu mereka.”

Aku suka bagian dimana Audy dan Romeo menyusun rencana untuk menciptakan bond antara Rex dan Rafael. Aku suka kenyataan dimana dibalik ketidakpedulian atau diamnya para tokoh, ternyata dibaliknya ada rasa peduli yang luar biasa besar.

Untuk kisah Audy sendiri, aku suka perkembangan karakter Audy yang (thank, God) bisa menyelesaikan skripsinya setelah 4 buku lamanya! Aku suka akhirnya dia tahu apa yang mau dikejarnya.

Aku suka motivasi yang diberikan karakter lain kepada Audy tentang cita-cita. Personally, itu cukup membantuku juga untuk optimis menggapai cita-cita. Kutipannya ngena banget.

“Katakanlah, ini adalah batu pijakanmu. Setelahnya, togamu. Setelahnya, buku-buku dan lebih banyak buku-buku. Kamu akan sampai juga di langit.”

Kisah romansa Audy dan Rex tentunya juga mendapat spotlight. Meski perubahannya nggak melonjak-lonjak, meningat Rex kan kaku banget orangnya, tapi hubungan mereka nggak diam di tempat.

Yang bikin kagetnya, ada tokoh yang juga meminta perhatian Audy. Dan juga dia-lah yang menimbulkan twist yang sulit ditebak sekaligus sangat menyentuh.

Begitu banyak rasa yang aku dapatkan setelah membaca O2. Naik turun. Kadang lempeng (because somehow, di awal-awal halaman aku ngerasa Kak Orizuka bingung mau ngebawa cerita kemana, tapi setelah misi bonding Rex-Rafael, hal itu udah nggak berasa), kadang merinding, kadang berbinar-binar, kadang mau nangis, kadang ngakak (thanks to Romeo), campur aduk rasanya.

“Ketika saat itu datang, apa mereka akan menyesali apa yang tidak terjadi? Menyesali momen-momen yang seharusnya bisa terjadi jika mereka mau membuka diri?”

Novel ini kayak paket komplit. Kamu cuma dikasihtau kisah satu keluarga, tapi kamu bisa dapat pelajaran tentang kebersamaan, pentingnya mengetahui sisi luar dalam satu sama lain, perlunya optimis mengejar mimpi, cara biar nggak end up jadi orang yang selalu merasa dirinya inferior, dan bagaimana tetap bertahan meski masalah datang silih berganti.

Big thumbs up untuk Orizuka yang sudah menulis seri Audy. Aku cukup sedih karena hanya sampai disini pertemuanku dengan 4R1A. Mereka itu membekas banget. Terutama Rafael, karena aku sampai ingin punya adik kayak dia. Dan Romeo, sebab aku sampai halu punya pacar kayak dia.

Percaya nggak sama yang aku paparkan diatas tadi? Kalau nggak percaya, buktikan sendiri, ya. Aku jamin kalian bakal hangover setelah baca seri Audy. Semuanya.

Karena itulah yang aku dan pembaca lainnya rasakan. Rasa nano-nano setelah membaca buku ini-lah yang bakal bikin susah move on ke buku lain.

“Seperti oksigen, keluarga ada di sekitarmu, di setiap tarikan napas, mengalir dalam darahmu. Walaupun kamu nggak bisa lihat, kamu tahu keluarga selalu ada bersama kamu.”

Advertisements Share this:
Like this:Like Loading...