Can’t Get Over You

Title: Can’t Get Over You

 

Author: ts_sora

Genre: romance, fluff

Cast: Miss A’s Suzy, BEAST’s Yong Jun Hyung

Length: oneshoot

.

 

.

 

.

 

 

Dua jam.

 

Ya, sudah dua jam, Bae Suzy berada di tempat duduknya, menatap luar lewat bingkai jendela berukuran cukup besar di samping kirinya. Sudah dua jam, Suzy mendengarkan belasan lagu yang sama di ponselnya. Sudah dua jam pula ia menunggu dan membuatnya memesan tiga gelas minuman juga beberapa piring makanan ringan demi membuat perutnya diam untuk sejenak.

 

Dari suatu hari yang cerah di musim semi hingga menjadi sebuah hari yang begitu buruk. Sangat buruk.

 

“Menyebalkan,” gumamnya geram. Ia benci menunggu. Berulang kali ia harus menahan untuk tidak mengumpat saat ini. Keadaan cafe dimana ia berada kini cukup ramai, dan ia tak mau menjadi seorang gadis tak tahu diri hanya karena mengumpat. Lebih tepatnya mengumpat karena pria tak tahu diri yang sudah ia tunggu dua jam lamanya tak kunjung datang.

 

Dan itu dia.

 

Ia dapat melihat pria itu datang dengan tergesa-gesa. Beberapa bagian tubuhnya basah akibat air hujan. Ia tersenyum singkat saat mereka bertatap tak sengaja, tepat sebelum Suzy mengalihkan pandangannya sembari merapikan barang bawaannya.

 

“Tunggu, kau akan pergi begitu saja?” Suzy menahan nafasnya saat pria itu berada di hadapannya. Benar, Yong Jun Hyung yang gusar.

 

“Menurutmu?” ujar Suzy tak menghiraukan. Jun Hyung yang kali ini menahan nafasnya. Geram.

 

“Aku baru saja datang dan kau akan pergi begitu saja?”

 

Suzy menggigit ujung bibirnya. Selalu seperti ini, batinnya. Tak terhitung berapa kali ia harus menunggu pria itu datang dari jam yang sudah ditentukan. Dan dua jam ini, adalah hal biasa baginya. Membuat seseorang menunggu mungkin adalah hal biasa baginya.

 

“Bisakah kau duduk sebentar saja? Dan membicarakan semuanya dengan baik-baik?” Suzy menatap enggan tangan pria itu yang entah sejak kapan menggenggam lengannya, mengisyaratkannya untuk duduk. Tidak. Suzy tidak bisa duduk. Ia sudah bosan. Dia hampir mati kebosanan.

 

“Kumohon. Bisakah sekali saja kau tidak bertingkah kekanakan?” Suzy yang awalnya berusaha melepaskan genggaman tangan pria di hadapannya, kini lantas menatap pria tersebut tak terima.

 

“Ada sesuatu yang harus kukerjakan tadi. Jadi kumohon, mengertilah sekali saja.”

 

“Bae Suzy, kumohon berhentilah bersikap kekanakan,” ucap pria itu sekali lagi. Bukannya mendengarkan, Suzy lantas melepaskan genggaman pria itu tegas. Wajahnya memerah entah sejak kapan, bahkan entah sejak kapan genangan mulai terlihat pada pelupuk matanya.

 

“Mengerti? Kekanakan? Siapa yang kau sebut demikian?” Suzy menggantung kalimatnya, berusaha mati-matian menata nafasnya.

 

“Apa menunggu selama dua jam belum cukup dikatakan mengerti? Apa kau lupa ini hari apa? Apa hari jadi kita tidak penting bagimu?” bentaknya tak tahan lagi. Suzy tak peduli. Ia tak peduli jika semua orang kini menatapnya. Ia tak peduli bagaimana mereka menilainya saat ini. Jun Hyung mengatupkan bibirnya.

 

Suzy cepat-cepat menghapus air matanya yang begitu bodohnya ia tunjukkan. Mencoba tetap tegar di tempatnya menatap tanpa ampun pria yang ada di hadapannya. Meski tetap saja, ia masih seorang gadis cengeng bagi pria itu.

 

“Aku yang menunggu lama dan selalu berakhir seperti ini. Sekarang katakan, siapa yang tidak bisa mengerti siapa?” Jun Hyung mengusap wajahnya gusar. Ini bukan pertama kalinya ia membuat gadis di hadapannya menangis, namun tetap saja, ia berada di posisi yang salah dan memang harus disalahkan.

 

“Sekarang apa yang kau inginkan?”

 

Suzy menahan tangisnya yang makin menjadi. Dilihatnya pria itu sekali lagi. Tak ada senyum atau gurauan yang membuatnya menghentikan tangisnya. Tak ada Jun Hyung yang menggodanya agar ia berhenti menangis. Apakah Jun Hyung tidak mencintainya lagi? Apakah ia benar-benar muak dengan tingkahnya selama ini?

 

“Aku lelah. Mungkin berpisah lebih baik untuk kita berdua. Aku tidak ingin kita bertengkar tanpa henti dan pada akhirnya menyakiti satu sama lain,” ujar Suzy final. Ia mencoba mereda tangisnya, ditatapnya pria itu sekali lagi. Dan tetap saja, pria itu masih membeku di tempatnya. Rahangnya tegang. Ia marah, namun seperti biasa ia tak mau menunjukkannya.

 

Sedetik kemudian, pria menghela nafasnya menjadi penegas sunyi di antara mereka berdua. Ia lantas mengangguk. Cukup singkat. “Baiklah,” ujarnya pada akhirnya. Suzy menatapnya tak percaya. Lidahnya lantas kelu seketika saat Jun Hyung masih menatapnya tenang. “Bila itu yang kau inginkankan, baiklah,” sambung pria itu sekali lagi yang entah berhasil membuat air matanya menetes dengan tak tahu malu. Apakah semudah ini?

 

Baiklah.

 

Suzy mengusap air matanya sebelum akhirnya ia meraih tas kecil miliknya. Menghela nafasnya sejenak namun sesaat ia hendak melanglahkan kakinya di saat itu pula ia meronta saat pria itu kembali meraih lengannya.

 

“Lepaskan!”

 

“Di luar hujan, aku akan mengantarmu pulang,” ujar pria itu akhirnya membuka suara. Suzy masih memalingkan wajahnya, tangisnya pecah.

 

“Apa pedulimu?” ujar Suzy tegas sebelum menghentakkan tangan pria tersebut dan lari keluar menerjang hujan. Masa bodoh. Tak peduli ia basah, meski jujur ia paling tidak menyukai hujan.

 

“Bodoh. Kau basah!” ujar Jun Hyung entah sejak kapan mengikutinya.

 

“Masa bodoh. Hubungan kita sudah berakhir. Apa pedulimu?” ujar Suzy tak kalah keras. Ia lantas berlari menjauh, sejauh-jauhnya dari pria tersebut, namun usahanya gagal. Pria itu kembali menggenggam tangannya, meski berulang kali Suzy tetap berusaha melepaskannya.

 

“Aku peduli. Aku tidak akan membiarkanmu pulang dengan keadaan basah kuyup dan berakhir sakit. Kumohon jangan bersikap seperti ini.” Suzy yang masih sesenggukkan lantas terdiam. Berterima kasihlah pada hujan, yang mengaburkan air matanya dan tentu saja ingusnya.

 

Wajah Jun Hyung terlihat tenang saat ini, meski kini ia lebih terkesan menahan senyum kemenangannya sebelum membawa Suzy menuju mobil yang telah terparkir manis di depan cafe. Suzy masih tak mau berbicara, hanya suara sesenggukkan miliknya yang terdengar dan hal itu membuat Jun Hyung semakin tak bisa menahan senyumnya.

 

“Keringkan dulu rambutnya.”

 

“Tidak mau!” bentak Suzy seraya menolak handuk kecil yang diberikan pria itu padanya. Jun Hyung memijat keningnya depresi.

 

“Kau mau pulang dengan keadaan basah seperti ini? Dan coba kau lihat wajahmu yang menyeramkan itu.” Benar saja, Suzy dapat melihat dirinya dengan jelas pada kaca mobil, ia terlihat menyedihkan saat ini.

 

“Tidak mau-—lepaskan!” Terlambat, Jun Hyung kini mengusapkan handuk kecil tersebut pada rambut basah Suzy juga wajahnya. Kali ini Suzy tak menolak, ia hanya menangis sekencang-kencangnya yang membuat Jun Hyung melebarkan senyumnya saat ini.

 

“Pakai ini.” Suzy memandang jas yang diberikan Jun Hyung padanya sebelum akhirnya ia lantas memalingkan wajahnya enggan. Jun Hyung menghela nafasnya kali ini.

 

“Kumohon pakailah.”

 

“Kau bukan siapa-siapaku lagi! Kau tidak bisa menyuruh-nyuruhku lagi!”

 

“Melihatmu keluar dengan pakaian basah juga tembus pandang itu dan membiarkan laki-laki lain melihatmu dengan tatapan lapar? For the god sake, pakailah jas ini.” Suzy tersentak namun ia memilih untuk menurut dan memakai jas pria itu, masih dengan sisa tangisnya. Sedangkan Jun Hyung memijit keningnya, menahan tawa.

 

“Sekarang sabuk pengamannya.” Suzy menatap pria itu sebentar, hendak melakukan melakukan penolakan, pria itu lantas melotot membuat Suzy kehilangan keberaniannya. Namun saat ia hendak mengaitkannya, sabuk pengamannya tersangkut yang lantas membuat ia menangis kembali.

 

“Dasar gadis bodoh,” umpat Jun Hyung yang tak bisa menahan tawanya saat ini sebelum akhirnya ia membantu gadis itu untuk mengaitkan sabuk pengamannya.

 

“Jangan tertawa! Ini tidak lucu sama sekali!” bentak Suzy menjaga haha dirinya. Namun Jun Hyung lantas tertawa sekali lagi.

 

“Tinggi sekali harga dirimu, hm?” Jun Hyung lalu meraih beberapa helai tissue dari kotak di hadapannya. “Yang membuatku penasaran adalah apa kau akan baik-baik saja bila tanpaku. Bahkan kau tak bisa membersihkan ingusmu dengan benar,” lanjutnya sembari membersihkan ingus gadis itu yang entah sejak kapan berada di wajahnya yang kali ini tanpa melakukan penolakan.

 

“Aku mengaku salah. Aku selalu membuatmu menunggu lama dan selalu membuatmu menangis. Jika semua ini memang berakhir.” Jun Hyung lalu terlihat mengambil sesuatu dari bangku belakang. Sebuah boneka pororo berukuran sangat besar kini berada di kedua tangannya, membuat wajahnya kali ini tak terlihat karenanya.

 

“Selamat hari jadi ke-20. Setidaknya untuk satu jam yang lalu,” ujarnya meletakkan boneka tersebut ke pangkuan Suzy yang dalam sekecap membuatnya melupakan tangisnya.

 

“Apa kau ingat ulang tahunmu setahun yang lalu, kau merajuk padaku dan bilang tidak akan menghubungiku karena tidak bisa memberikanmu boneka ini?” Jun Hyung tersenyum tipis. “Aku terlambat karena mencari ini ke semua tempat. Aku tak ingin kau benar-benar tak menghubungiku lagi seperti saat itu. Dua hari sangat membunuhku,” imbuhnya tertawa kecil.

 

“Dan aku tak tahu, apa aku bisa bertahan hidup lebih dari dua hari tanpa melihatmu. Jaga dirimu baik-baik, gadis bodoh. Jangan menangis lagi,” ujar Jun Hyung mengusap puncak kepala gadis itu dengan senyum di wajahnya. Senyum tenang khas milik pria itu. Senyum yang menjadi favorite Suzy selama ini. Senyum yang selalu berhasil membuatnya berhenti menangis.

 

Apa mungkin ia tidak akan melihatnya lagi?

.

.

.

.

.

.

Suzy kembali terisak dan kali ini lebih kencang. Jun Hyung yang panik karenanya lantas mematikan mesin mobilnya yang awalnya ia nyalakan.

 

“H-hey, ada apa? Ada yang salah? Ada yang sakit? Kenapa menangis?” Jun Hyung cepat-cepat melepaskan sabuk pengamannya, dilihatnya gadis itu yang masih dengan isakannya. “Kau tidak suka bonekanya? Aku letakkan bonekanya di belakang ya?” imbuhnya yang kali ini meletakkan boneka berukuran jumbo tersebut ke tempat semula, namun gadis itu masih belum berhenti menangis.

 

“Katakan padaku, ada apa kali ini? Apa kau masih marah? Baiklah aku menyesal telah—” Jun Hyung menghentikan kalimatnya saat Suzy memeluknya dengan tiba-tiba. Tidak ada yang ia katakan, hanya tangisnya yang semakin menderu tiap ia mengeratkan pelukannya.

 

“Aku mencintaimu, oppa,” ujar Suzy pada akhirnya yang masih dengan tangisnya. Jun Hyung tersenyum mendengarnya. Ia lalu mengusap lembut punggung gadis itu, berharap tangisnya mereda.

.

.

.

.

.

.

“Aku juga, Bae Suzy. Bisakah kau berhenti menangis sekarang?”

.

.

.

.

.

.

.

 

-Fin-

 

 

p.s. I’m sorry for made Suzy such a crybaby T.T ini hanya untuk keperluan cerita, aku tahu Suzy orangnya dewasa. Hehe.

p.s.s. Maaf ceritanya abal. Baru comeback setelah hiatus berbulan bulan. Dan maaf typo yang bersebaran :’)

Advertisements Share this:
Like this:Like Loading... Related