Lawrence in Arabia

Suatu peristiwa besar seringkali menyimpan cerita-cerita di balik layar yang sebenarnya juga memainkan peranan penting. Buku Lawrence in Arabia karangan Scott Anderson ini menceritakan salah salah satu kisah di balik layar tersebut. Di era Perang Dunia I, kita lebih sering mendengar tentang apa yang terjadi di Eropa. Ketika cerita perang di Eropa lebih didominasi dengan kontak fisik antar prajurit dengan seluruh persenjataannya, buku ini berhasil membangun kesan bahwa konflik yang terjadi di Timur Tengah lebih banyak terjadi dalam bentuk perang informasi intelejen, infiltrasi para agen-agen rahasia, dan berakhir di meja perundingan oleh para politisi. Para tokoh utama di Lawrence in Arabia adalah orang-orang yang membentuk dan menentukan hasil akhir Perang Dunia I  di front Timur Tengah.

Fokus cerita berada pada seorang agen rahasia Inggris bernama T.E Lawrence. Timur Tengah di era Perang Dunia I adalah tempat Lawrence, yang awal mulanya adalah seorang arkeolog, menasbihkan dirinya sebagai legenda di dunia intelejen. Kemampuannya tidak terbatas pada keahlian mengumpulkan informasi, tapi dia juga teruji sebagai panglima perang yang dapat memimpin pasukan arab melawan Ottoman secara efektif. Bisa dibilang dia adalah satu paket manusia yang sangat dibutuhkan Inggris di masa perang saat itu. Tapi Scott Anderson punya tujuan yang lebih besar dari sekedar menceritakan kisah T.E Lawrence karena di buku ini dia juga berusaha menceritakan bagaimana terbentuknya negara-negara di Timur Tengah sebagaimana yang kita kenal saat ini. Peristiwa sebesar itu tentu saja tidak bergantung pada Lawrence seorang. Ada tokoh lain seperti Aaron Aaronsohn, seorang Yahudi yang berusaha memanfaatkan momentum perang untuk memberikan tempat tinggal bagi kaumnya yang saat itu merupakan minoritas yang tertindas. Lalu ada William Yale, seorang penambang minyak di Standard Oil, yang terlibat dalam pusaran perang karena kepentingannya untuk mempertahankan wilayah konsesi minyak ketika perang berakhir. Selanjutnya ada Curt Prufer, seorang mata-mata Kekaisaran Jerman yang berusaha menangkal segala upaya untuk mengalahkan Central Power di Timur Tengah. Itu baru tokoh utama. Masih ada juga para petinggi militer negara-negara yang terlibat perang. Para pasukan pemberontak dari Arab yang berperan penting dalam menahan invasi Ottoman di Timur Tengah dan tokoh-tokoh Yahudi yang bernegosiasi dengan agendanya sendiri. Perang Dunia I memang merupakan teater yang sangat besar sehingga semua tokoh dalam buku ini memiliki tempat untuk menjadi pemeran kunci dalam sejarah. Hal ini seperti yang disampaikan Scott Anderson sendiri:

“History is often the tale of small moments -chance encounters or casual decisions or sheer coincidence- that seems of little consequence at the time, but somehow fuse with other small moments to produce something momentous, the proverbal flapping of a butterfly’s wings that triggers a hurricane“

Buku ini dengan sangat detail menceritakan peristiwa-peristiwa tersebut. Untuk beberapa orang mungkin bisa membuat frustasi, tapi pada akhirnya ini adalah buku sejarah dan segala hal yang diceritakan di buku ini memang mempunyai dampak pada hasil akhir perang di Timur Tengah.

Buku ini juga mengekplorasi kompleksitas pengambilan keputusan di masa perang serta konflik batin yang dialami para tokohnya. Sebagai contoh, ketika para pemberontak Arab sudah setuju untuk mendukung Inggris di front Timur Tengah, pemerintah Inggris sudah menyetujui pembagian wilayah pasca perang yang sesuai dengan permintaan para pemberontak, dan didukung oleh Lawrence. Namun di sisi lain, pemerintah Inggris juga sudah membuat perjanjian dengan pihak Perancis untuk membagi wilayah Timur Tengah dengan mengesampingkan janji-janji yang sudah dibuat dengan para pemberontak Arab. Ketika Lawrence mengetahui hal ini, dia yang sudah berjuang mati-matian bersama pasukan pemberontak Arab, sudah pasti merasa dikhianati bangsanya sendiri dan menimbulkan ketidakjelasan atas tujuannya ikut serta dalam perang. Namun di buku ini juga dijelaskan bahwa di sisi pemerintah Inggris sendiri manuver-manuver ini, bukan tanpa alasan. Seluruh peristiwa yang terjadi sebenarnya merupakan proses seleksi kepentingan yang satu melawan kepentingan pihak lainnya.

Lawrence in Arabia merupakan buku sejarah perang pertama di era persenjataan modern. Buku ini menunjukkan bahwa meskipun konflik utama terjadi di lapangan, seperti perang-perang lainnya, Perang Dunia I berakhir dan dimenangkan di meja perundingan. Advertisements Share this:
Like this:Like Loading...