Review Buku #67 – Stealing Parker ‘Hundred Oaks 2’ (2012)

I don’t want to be just anybody.
I want to matter, to be loved. I want the real.

Semenjak ibunya kabur dengan wanita lain dan orang – orang tahu bahwa ibunya adalah lesbian, hidup keluarga Shelton berubah. Tapi apa dengan berdoa saja membuat keadaan mereka menjadi lebih baik? Apa dengan mengalihkan diri dari masalah yang dihadapi dan tenggelam dalam selingan itu membuat segalanya baik?

Parker Shelton dikenal sebagai perempuan nakal yang suka berganti – ganti pasangan. Parasnya cantik dan mudah menarik pria ke sisinya. Banyak gossip buruk tentang kenakalannya. Karena Parker terkenal seperti itu, ia tidak mempunyai teman perempuan  di sekitarnya. Tapi mereka yang bergossip tentangnya tidak tahu kalau sebenarnya ia pecinta cerita romantis dan bermimpi mempunyai hubungan indah seperti dalam buku yang dibacanya. Parker bahkan menjaga status virginnya demi pria yang sungguh ingin serius dengannya.

Parker tidak butuh teman perempuan, toh ia mempunyai Drew Bates. Sahabatnya itu adalah pria satu – satunya yang tidak pernah mencoba menciumnya, tidak seperti pria lainnya. Hanya Drew yang tahu alasan dirinya suka mencium sembarang pria. Karena kebencian Parker pada ibunya, Parker ingin menunjukkan bahwa ia normal dan tidak lesbian seperti ibunya.

It’s a scary thing to wake up and realize the people you need most aren’t nearby anymore…But you keep moving.

Lalu datanglah hari dimana ia bertemu dengan Brian Hoffman. Sejak awal melihat Brian. Parker tahu bahwa ia tertarik dengan pria berumur 23 tahun itu. Parker mencoba segala usaha untuk mendekati dan memancingnya. Tapi Brian adalah pelatih olahraga di sekolahnya dan Parker hanya seorang murid. Setelah ciuman pertama mereka, hubungan mereka menjadi lebih serius. Setiap malam mereka bertemu dan melakukan ini itu dalam mobilnya Brian. Parker berpikir bahwa Brian sebagai orang dewasa pasti tahu bagaimana bertanggung jawab dengan benar. Tapi Parker tidak ingin hubungan yang membuatnya bersembunyi terus menerus. Parker ingin suatu hubungan yang nyata dan solid, tidak seperti bekas hubungan orang tuanya.

Di saat hubungan terlarangnya dengan Brian terus berlanjut di belakang layar, Parker mulai dekat dengan Will Whitfield aka Corndog. Awalnya terlihat bahwa Corndog tidak begitu menyukainya karena rumor buruk yang beredar. Tetapi perlahan Corndog mulai mendekatinya dan tanpa Parker duga, keberadaan Corndog membuat dirinya nyaman. Perlakuan Corndog berbeda dari pria lain. Corndog tidak pernah memandang rendah dirinya dan mendukungnya apapun masalah yang terjadi.

Parker tahu bahwa ia menyukai Will tetapi ia tidak bisa melanjutkan hubungan dengannya lebih jauh. Parker tidak mau sahabatnya yang menyukai Will berbalik membencinya. Kebohongan Parker pun bertambah dan semuanya menyangkut orang – orang yang dekat dengannya. Lalu saat kebohongan itu membuat kepingan hidupnya hancur…

Sometimes you gotta do what’s right for you and forget about everybody else. All that matters is what you want. What you need.

Ternyata kekhawatiran gue tidak menjadi nyata. Ternyata gue tetap menganggap Jordan dan Henry adalah pasangan terbaik di serial Hundred Oaks.
Dan tentuuuu saja ada sekilas kemunculan mereka dalam cerita. Hubungan mereka bertambah mesra dan serius, dan what the hell, Henry banyak muncul di setiap momen. Ya walaupun cuma sekedar menjadi sahabat main Drew dan Will.

Tetapi harus gue akui, tokoh Will disini lumayan bikin gue berpaling sementara. Sifatnya ugh di atas rata – rata. Will menjaga Parker dengan sangat baik seperti perhiasan yang berharga. Meskipun gue sempat jatuh dalam situasi gawat setiap Brian melakukan perannya, tapi Brian adalah pria tersampah sampai akhir halaman.

Ehem. Jadi buku ini bercerita tentang hubungan terlarang antara guru dan murid, teman gay dan baseball. Parker sebenarnya adalah sosok yang rentan. Namun alasannya yang melakukan ini itu tetap tidak membawa perubahan pada keluarganya. Parker mulai muak dengan kepercayaan ayahnya yang menganggap semua masalah akan selesai dengan berdoa.
Cerita Stealing Parker ini menunjukkan agar melakukan apapun yang kita sukai. Jangan sampai pendapat orang mendorong kita melakukan hal yang tidak disukai. Bahkan orang dari lingkungan rohani pun, yang rutin ke tempat beribadah yang sama, tidak mempunyai kontrol akan hidupmu. Intinya love your life.

Maybe all friendships don’t fizzle. Maybe, like the kaleidoscope, the colors just change.

Well yang gue sesali adalah cerita kali ini lebih pendek dari Catching Jordan. Unsur olahraganya juga tidak sekental Catching Jordan. Di luar itu, cerita ini lumayan menyenangkan, meskipun endingnya yang sedikit terkesan terburu – buru.

Advertisements Share this:
Like this:Like Loading... Related