Rate this book

La Felicidad Conyugal (1901)

by Leo Tolstoy(Favorite Author)
3.84 of 5 Votes: 2
languge
English
genre
publisher
Acantilado
review 1: رواية واقعية عميقة على المستوى النفسي, تصف حالة من حالات الزواج. نرى فيها التعامل مع الإنسان من حيث هو كائن له مراحل نفسيّة لها متطلباتها, يعامل تولستوي الشخصيات بديالكتيك النفس – إن صح التعبير - نرى في الرجل قبل الزواج متعباً من الحياة منتظراً السكينة والعزلة في الإرتباط. وفي الجانب الآخر, المرأة صغيرة العمر والحياة أمامها ولذلك كان الحبّ يعدها بحياة أمامها من المجهول والإستكشاف. الفارق العمري بين الزوجين أضفى بعداً جديداً لل�... more�انب النفسي متأثراً بالتغيرات الحيويّة, والتغيرات التي تحدث مع تقادم فترة الزواج وتعامل كل طرف معه, النهاية تصدمك بواقعيتها المفرطةيقول تولستوي على لسان الرجل, واصفاً السعادة: عشت طويلاً وأظنّ أنني اكتشفت ما أنا في حاجة إليه لأكون سعيداً: حياة هادئة, معتزلة, في ريفنا المنعزل, والقدرة على فعل الخير لهؤلاء الناس الذين تسهل خدمتهم كثيراً, لأن ذلك أمر لم يألفوه, وعمل نافع, وأخيراً الراحة مع الطبيعة والكتب والموسيقى, وحبّ الحبيب. تلك هي السعادة التي لا أتخيّل شيئاً عداها ولا أحلم بسواها. ثم توافيني صحبة كصحبتك, وربما أرزق أسرة فأوهبُ كل ما يمكن أن يتمناه إنسانوعلى لسان المرأة, في مرحلة ما قبل الزواج: هل يعقل أنني سأصبح منذ اليوم غريبة عن نفسي, وأن تحقّق آمالي ورغباتي سيفتح لي باب حياة جديدة؟ وهل يعقل أن تكون هذه الحياة الجديدة هي خاتمة المطاف؟
review 2: Satu lagi karya Tolstoy yang hebat, Family Happiness Kisah ini menggambarkan hubungan asmara antara wanita muda jelita bernama Mashechka dengan Sergey Mikhaylych yang merupakan sobat karib ayahnya. Setelah ayah Mashechka meninggal, keberadaan Sergey menjadi pengganti sosok ayahnya. Pada awalnya hubungan di antara mereka bagaikan ayah-anak karena perbedaan usia yang cukup jauh. Namun lama kelamaan perasaan saling menghormati dan menyanyangi antar ayah-anak itu berkembang menjadi perasaan cinta antara sesama insan manusia yang setara. Inilah perkembangan cinta yang disoroti pada bagian pertama karya Tolstoy. Pada bagian kedua Tolstoy mengkontraskan cinta menggebu-gebu Mashechka dan cinta bersahaja Sergey. Perbedaan usia yang begitu jauh ternyata menimbulkan konflik batin bagi keduanya. Ketidakpuasan Mashechka akan hidupnya dideskripsikan sebagai berikut: "Dan memang aku bahagia, akan tetapi yang menggangguku ialah bahwa kebahagiaanku itu taklah diperoleh dengan susah payah, tak ada pengorbanan sama sekali, sedangkan hasrat untuk bersusah payah dan untuk berkorban sedemikian menggoda diriku...Pikiran dan juga perasaan kasih sayangku tetap ada, namun disitu pun terdapat perasaan lain -- perasaan remaja, kebutuhan untuk melakukan sesuatu yang menggemparkan karena tidak terdapat kepuasan dalam kehidupan kami yang tenang.Aku jemu dan hampa akan kehidupan ini, karena itu aku ingin hidup, ingin bergerak terus. Aku ingin agar setiap hari, setiap menit, ada hal-hal yang baru, sedangkan dia mau diam melulu dan diamnya itu bersama aku pula." Bertentangan sekali dengan kepribadian Sergey yang jauh lebih matang dalam menanggapi kehidupan sehari-hari mereka yang dianggap Mashechka menjemukan"Mengapa, sayang...mengapa aku harus ambil pusing akan semua itu pabila aku demikian bahagia? adalah lebih mudah membiarkan kelakukan diri sendiri daripada membengkokkan orang lain -- sudah lama aku yakin akan hal ini. Tak ada keadaan yang tak memungkinkan merasa bahagia. Dan kita pun demikian pula, kau dan aku!" Rasa tidak puas Mashechka akan kehidupan berumah tangga yang menjemukan di pedesaan akhirnya mendorongnya untuk mencari pelarian ke perkotaan dengan memasuki lingkup pergaulan masyarakat kelas atas yang dangkal. Di dalam lingkup pergaulan itu, dahaga jiwa mudanya terpuaskan oleh ketenaran dan pengakuan yang diterimanya. Namun ternyata, kesibukannya bersosialisasi merenggangkan hubungannya dengan suaminya. Ketidakpuasan Mashechka terhadap kehidupan rumah tangganya ini disindir oleh Sergey dengan mengutip sajak Lermontov berikut: "Namun si gila, dia pergi mencari badai Seolah taufan bisa memberinya perasaan damai!"Pada akhirnya ia menyadari kedangkalan hubungan sosialnya itu dan menyesalkan kerenggangan rumah tangganya.Pada bagian akhir ini Tolstoy menggambarkan rekonsiliasi antara mereka berdua, dimana pada akhirnya mereka berdua melakukan pengakuan dari hati ke hati. Pengakuan ini digambarkan dengan sangat indah dipadukan dengan latar belakang alam yang diguyur oleh hujan. Sangat dramatis dan mengesankan! Berikut ini penggalannya (agak sedikit panjang):Aku pergi keluar beranda dan duduk di bawah tenda di bangku yang itu juga, bangku yang kududuki dulu tatkala dia menyatakan cintanya padaku. Matahari telah terbenam dan sinar senja mulai tampak, awan hitam tergantung di atas rumah dan di atas kebun...sia-sia aku mencoba menenangkan diriku, aku pun sedang menunggu-nunggu sesuatu dan sedang penuh diliputi rasa penyesalan.Ia datang ke bawah dan duduk di sisiku."aku khawatir Sonya dan Katya akan basah kuyup," katanya."ya," gumamku dan kembali lagi kami berdiam diri, lama sekali.Tak ada angin dan awan mengendap kian rendah kian rendah, segalanya jadi semakin sepi dan semakin harum. Tiba-tiba titik-titik hujan jatuh di atas atap tenda seperti mengambul. Yang lain jatuh di atas batu kerikil jalan setapak. Titik-titik hujan yang agak besar jatuh di atas daun-daun burdock yang lebar, sesudah itu maka tercurahlah hujan yang segar, deras dan lebat. Seketika sunyilah burung bulbul dan katak, hanya ada satu suara yang gemetar membubung di udara, meski akhirnya menghilang ditelan hujan..."Mau kemana?" tanyaku, aku menahannya. "begitu menyenangkan disini.""Aku harus pergi membawa payung dan sepatu rangkap buat mereka.""mereka tak memerlukannya--sebentar lagi hujan pun akan reda."Ia mengiakan aku, dan kami tinggal di situ bersama-sama di dekat kisi-kisi beranda...Gumpalan awan kecil di atas berangsur-angsur menipis dan terang seperti sedang mengosongkan dirinya di atas kami, kemudian suara hujan yang menderap beralih menjadi hujan yang menitik jatuh dari langit dan daun-daunan. Kembali katak di bawah mulai lagi berkerok-kerok, kembali lagi burung bulbul memilukan hati dan bersahut-sahutan. Sekitar kami cuaca berangsur terang. "Bukankah itu menakjubkan?" katanya, sambil duduk di atas palang kisi-kisi dan mengusap-usap rambutku yang basah.Elusan yang sederhana ini seperti suatu penyesalan yang ditujukan kepadaku dan aku mulai menangis. "Apa lagi yang dibutuhkan oleh seorang laki-laki?" tanyanya. "aku begitu puas kini --tak mau apa-apa lagi. aku benar-benar bahagia!""Aku merasa puas juga, tetapi kepuasaan demikian ini membuatku sedih. Segalanya begitu kacau-balau dalam diriku, begitu tak lengkap, aku senantiasa menginginkan sesuatu, meskipun segala-galanya disini begitu indah dan penuh dengan istirah. Tak pernahkah alam terbangun dalam dirimu laksana kesenangan yang murung, seakan-akan kau menginginkan apa-apa yang tak mungkin dan menyayangkannya karena ada sesuatu yang telah pergi?...Tidakkah kau menyesali apa yang telah hilang dari kita?""Tidak," ulangnya. "Aku berterima kasih kepada masa lampau bukan menyesal.""tetapi apakah kau tak ingin agar itu kembali?" "aku tak menginginkannya lagi, karena kalau begitu aku menginginkan sesuatu yang mustahil...itu tidak mungkin""dan apakah kau tidak pernah menemukan apa-apa yang salah pada masa lampau? tak pernah ada kejengkelan, baik terhadap dirimu ataupun terhadap diriku?""tak pernah. segala-galanya punya itikad baik.""Coba dengarkan,...mengapa kau tak pernah mengatakan kepadaku bahwa kau ingin agar aku dapat hidup sesuai dengan apa yang kaupandang? mengapa kau berikan aku kebebasan yang aku sendiri tak tahu bagaimana harus mempergunakannya? mengapa kau berhenti mengajariku? sekiranya kau menginginkannya, sekiranya kau membimbing aku, tak'kan pernah ada yang terjadi, tak ada.""apakah ada sesuatu yang tak'kan pernah terjadi itu?...tak ada yang tak'kan pernah terjadi, segala-galanya adalah baik, sangat baik.""kau telah mengambil segala-galanya dariku, kepercayaanmu, cintamu, penghargaanmu, dan apa-apa yang pernah ada padaku, aku tak percaya lagi kau mencintaiku. Apakah salah bila aku tak tahu hidup dan kau membiarkan aku belajar sendiri?..mengapa kau biarkan aku hidup di dalam kalangan pergaulan itu sekiranya kau berpendapat bahwa cara hidup yang demikian adalah nista, hingga kau berhenti mencintaiku demi cinta itu sendiri? mengapa kau tidak mempergunakan kekuatanmu untuk menguasai diriku?..""Kita ini, semua, tetapi terutama kau sebagai wanita, harus hidup melalui kedangkalan kehidupan sedemikian agar dapat menemukan kehidupan yang sebenarnya. Tak seorang pun dari kita dapat memetik manfaat dari pengalaman orang lain...aku memperkenankan kau pergi untuk mengalaminya sendiri, karena aku merasa bahwa aku tidak punya hak untuk membatasi dirimu.... Apa yang telah terjadi tak dapat dihapuskan, takkan pernah, takkan pernah dapat dihapuskan." "Setiap waktu punya bentuk cintanya sendiri-sendiri.Cinta itu sendiri tak kubinasakan, yang kupupus hanyalah apa-apa yang menyiksa diriku, aku menemukan kedamaian, dan tetap mencintaimu, akan tetapi caranya sudah lain."Dengan jelas dan tenang aku menyadari bahwa cinta masa itu telah pergi untuk selama-lamanya,dan bahwa bukan saja tak mungkin untuk menghidupkan kembali, tapi malah akan sakit dan merana buat melakukannya...Hari itu berakhirlah petualangan cintaku dengan suamiku, cintaku yang lama tetap merupakan kenang-kenangan yang indah dan takkan kembali, akan tetapi sesuatu perasaan baru, perasaan cinta terhadap anak-anakku dan bapaknya meratakan jalan awal kehidupan lain yang bahagia, sesuatu yang lain sama sekali, dan kehidupan ini tak pernah berakhir sampai hari ini." +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++Pengakuan antara Mashechka dan Sergey ini melambangkan rekonsilisasi dan penerimaan secara ikhlas terhadap hilangnya cinta menggebu-gebu serta penerimaan akan lahirnya bentuk cinta baru yang lebih matang sebagai fondasi baru keluarga kecil mereka.Inilah yang menjadi tema utama dalam karya ini. Tidak ada satu bentuk cinta yang abadi selamanya. Manusia mengalami berbagai macam bentuk cinta yang berbeda-beda pada orang yang sama maupun yang berbeda. Manusia harus mampu menerima perubahan perasaan cinta itu dan memahami bahwa cinta yang telah berlalu tak perlu disesalkan namum perlu diterima dengan hati lapang untuk menyambut bentuk cinta yang baru. Karya yang sangat hebat! +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ less
Reviews (see all)
mylene
This is a book that i wish i didn't love so much, as it is very sad. Given that it is Tolstoy, this isn't surprising, but I find myself in a pickle between not wanting to be sad, and wanting to read this over and over again. This is a great look into the true nature of love and happiness. It shows how--if not worked on constantly and fought for--both can slip away from you before you even realized anything was wrong. This also has the distinct advantage over many of Tolstoy's books in that it was fairly easy for me to read, not very heady and not too Russian so as to ostracize non-Russian readers. This is easily my favorite Tolstoy I have read, and one of my favorite classic books in general.
circe974
Family Happiness explores the moral dilemmas and transitions faced when one falls in love. Much can be taken from this short book and applied to our own experiences as I discovered. A young girl (Masha) falls in love with a man (Sergey) twice her age and is exposed to all the turbulent feelings associated; infatuation, passion, helplessness. As these feelings are extinguished over time she begins to feel utterly alone in the world, sometimes reminiscing on a misspent youth. The birth of two children complete love's fruition as Masha embraces the shift from innocent endearment to a deep devotion to the father of her children.
AwesomeSocks
Great novella on the evolvement of what we perceive as love. Loved it
Write review
Review will shown on site after approval.
(Review will shown on site after approval)