Review Buku #51 – Catching Jordan ‘Hundred Oaks 1’ (2011)

Who ever knew throwing a perfect spiral would be simple compared to dealing with guys?

Siapa bilang kalau perempuan tidak bisa bermain football? Oh itu tidak berlaku untuk Jordan Woods. Football adalah hidupnya dan impian yang tidak akan pernah tergantikan. Ia harus fokus, fokus, dan fokus jika ingin menggapai tujuannya untuk sungguh masuk dalam team professional kelak. Namun saat datang murid baru yang kehadirannya mengancam posisi dan fokusnya…

Jordan berada di tahun terakhir SMA dan sebentar lagi akan lulus. Target terbesarnya adalah kemampuannya sebagai quarterback diakui oleh Universitas Alabama dan masuk team football mereka. Sebagai kapten team football SMA Hundred Oaks, Jordan sibuk berlatih dan mengatur teamnya agar tetap terkendali. Jordan tidak tertarik dengan kegiatan dan barang berbau perempuan. Jordan tidak ada keinginan untuk berkencan, bahkan first kissnya masih belum diambil siapapun, karena Jordan tidak mau fokusnya teralihkan. Semua sahabat dekatnya adalah anggota team football. Seisi team football menghormati dan mengakui kemampuan Jordan sebagai kapten, meskipun ia seorang perempuan.

That if you spend too much time dreaming, you’ll stop actually doing. And when you actually do stuff, there’s a good chance things will work out. We make things happen by attacking, not by sitting around dreaming.

Kemampuan Tyler Green sebagai quarterback mau tidak mau Jordan akui lebih hebat darinya. Ty pindahan dari Texas dan team football sekolahnya disana pernah memenangkan kejuaraan Texas. Tapi itu bukan berarti posisinya sebagai quarterback diganti oleh Ty. Jordan sudah lama memegang posisi tersebut dan selalu membawa teamnya pada kemenangan. Untuk mempertahankan posisi kaptennya, ia harus tegas dan memisahkan perasaan dalam kegiatan footballnya. Tapi sepertinya sulit. Karena sejak pertama kali Jordan melihat Ty, selalu muncul keinginan untuk mengikuti insting perempuannya.

Sahabat nomor satunya Jordan adalah Sam Henry. Kecintaannya pada football bermula saat bertemu Henry di umur tujuh tahun. Setelah pertemuan pertama itu, Jordan dan Henry tidak terpisahkan. Mereka tumbuh dan bermain bersama. Seperti sahabat merangkap saudara. Mereka saling terbuka dan tahu kebiasaan buruk masing – masing. Jika Jordan tidak mempunyai pengalaman romansa dengan pria, maka Henry kebalikannya. Henry terkenal di kalangan wanita dan selalu berganti pasangan. Meskipun Jordan tahu tentang kebiasaan Henry yang tidur dengan banyak wanita, ia tidak mempermasalahkannya. Selama hubungan persahabatannya dengan Henry tetap di titik yang sama.

When unrequited love is the most expensive thing on the menu, sometimes you settle for the daily special.

Jordan selalu membayangkan dirinya jika berpelukan dan mencium Ty. Jordan menuangkan curhatannya tentang Ty dalam buku jurnalnya. Meskipun Jordan berpikir kalau dirinya tidak akan pernah laku hingga tua, karena tinggi yang tidak mungil dan sifatnya tidak seperti perempuan, ternyata Ty juga tertarik dengan Jordan. Mereka pun resmi berpacaran. Pengalaman ciuman pertama dan status virgin-nya semua Jordan lakukan bersama Ty.

Jordan berpikir bahwa semuanya akan berjalan beriringan, pacar dan football. Tapi ternyata tidak semudah itu. Ayahnya tidak pernah setuju Jordan bermain football. Alabama tidak menganggap serius kemampuan footballnya karena ia seorang perempuan. Jordan pun bingung harus bagaimana jika Alabama tidak mau menerimanya. Bebannya bertambah dua kali lipat ketika ia mengetahui bahwa selama ini Henry mencintainya. Hubungan mereka menjadi berantakan karena Henry menghindarinya terus menerus. Pertandingan football terakhir di masa SMA-nya semakin dekat namun Henry selalu berputar di pikiran Jordan. Meskipun ia menangis dan sudah mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Henry, tetapi pria itu tetap menolaknya. Apa semua hal yang disayangi Jordan akan berakhir hancur?

Love hurts worse than getting slammed by a 250-pound linebacker.

Ceritanya ini loh aduh ceritanyaaaa.
Ini pertama kalinya gue membaca cerita yang tokoh utama perempuannya bermain football. Bukan asal lempar bola di lapangan, tetapi memang serius. Plus dan minus dalam kehidupan football Jordan sangat menarik. Serunya hubungan akrab Jordan dengan anggota team footballnya juga tidak mungkin dilewatkan. Dan gue tidak menyangka kalau cerita permainan football bakal membawa kesan mendalam seperti ini.

Gue tertipu berat dengan alur cerita buku ini di awal. Ketika gue yakin Ty adalah tokoh utama prianya dan ia akan berbahagia dengan Jordan, mendadak alur ceritanya jadi nyesek saat perasaan Henry terbongkar. Well sebenarnya dari awal gue tidak begitu tertarik dengan karakter Ty, karena tokohnya biasa saja. Gue lebih menikmati momen persahabatannya Jordan dan Henry yang lucu. Jadi saat perasaan Henry ketahuan dan membuat pasangan akhir Jordan di akhir cerita otomatis berubah, gue bersyukur sujud dalam hati.

That day, I traded my pompoms in for cleats. And Henry became a wide receiver. And part of my heart became his.

Banyak point persahabatan Jordan dan Henry yang diceritakan dalam buku. Semuanya sangat, sangat, sangat membuat gue tidak pernah menaruh minat ke Ty. Bukan artinya Ty itu karakter tidak penting. Di dalam cerita, Ty mempunyai masalah yang berat di keluarganya namun ia tetap kuat dan bertahan. Kehadiran Jordan membuat hidup Ty membaik dan lebih mudah. Point lebih dari Ty adalah dirinya yang sangat mengutamakan keluarganya dari apapun. That’s really good.

Kembali lagi tentang Henry. Henry itu pria yang sangat fun dan semua tingkahnya lucu. Tarian bodoh yang selalu Henry lakukan ketika terlalu bersemangat, bahkan di tengah lapangan saat pertandingan football. Spontanitas dan kegilaannya. Supportnya pada Jordan yang tidak biasa. Dan gue tidak akan pernah melupakan tugas sekolah mengurus boneka bayi dimana Jordan menjadi suami dan Henry menjadi istri. The conversation between them was so damn good.
Ah karakter macam Henry sangat berkesan. Kalian harus membacanya lebih lanjut agar bisa setuju berjamaah bareng gue.

“A lifetime supply of cookies and lemonade.”

Series Hundred Oaks berakhir di buku delapan. Tujuh buku selanjutnya bukan kisah Jordan dan Henry lagi. Tokoh dan inti ceritanya benar – benar berubah. TAPI selalu ada Jordan dan Henry yang nyempil di proses cerita. Mereka menjadi tokoh pendukung yang lewat untuk membuat pembaca tetap tergila – gila dengan Jordan-Henry.
Namun gue galau apa harus membaca series lanjutannya. Karena gue lumayan tidak rela kalau keyakinan tentang Jordan-Henry adalah pasangan terbaik di Hundred Oaks nantinya hilang. Tapi gue juga butuh tahu kelanjutan kisah mereka, meskipun cuma sepotong petunjuk. Mungkin nanti gue pertimbangkan. Mungkin.

Advertisements Share this:
Like this:Like Loading... Related