Oke, anggap lah ini bentuk book hang over bagian kedua terhadap Sputnik Sweetheart. Kalau ada kutipan yang bisa bikin gue baca berulang-ulang sembari meresapi maknanya karena begitu menghanyutkan, maka inilah kutipan tersebut.
“And it came to me then. That we were wonderful traveling companions but in the end no more than lonely lumps of metal in their own separate orbits. From far off they look like beautiful shooting stars, but in reality they’re nothing more than prisons, where each of us is locked up alone, going nowhere. When the orbits of these two satellites of ours happened to cross paths, we could be together. Maybe even open our hearts to each other. But that was only for the briefest moment. In the next instant we’d be in absolute solitude. Until we burned up and became nothing.”
Sputnik Sweetheart, Haruki Murakami (2002)
Teman apa yang paling menyenangkan dalam hirarki pertemanan? Gue rasa jawaban paling shahih adalah teman jalan. Teman traveling.
Traveling bersama berarti menghabiskan sekian kali 24 jam bersama-sama. Bukan cuma jalan dan makan bareng. Anda akan capek bareng, laper bareng, pundung bareng, hingga akhirnya tidur bareng untuk menormalisasi semuanya. You can’t being nice all the time while traveling. Ada yang bilang kalau punya teman traveling yang cocok, maka orang itu juga akan cocok dijadikan teman segala rupa di dunia nyata. Ya, dunia nyata. Bukankah sebagian besar orang traveling untuk melarikan diri dari dunia nyata?
Murakami menyebutnya sebagai sputnik (спутник) yang dalam bahasa Rusia berarti travel companion. Definisi yang begitu tepat, terdengar manis, sekaligus menarik karena ada terminologinya sendiri dalam bahasa Rusia.
Istilah sputnik kemudian disadur oleh para kosmonot Uni Soviet menjadi nama satelit artifisial pertama yang mengorbit Bumi. Sebagai travel companion, Sputnik menemani Bumi berjalan sejauh 70juta km. Sputnik 1 diluncurkan pada 4 Oktober 1957 di Baikonur Kosmodrom dan hilang kontak 22 hari setelah ia diluncurkan. Sputnik 2 dan Sputik 3 kemudian lahir untuk melanjutkan tugasnya sebagai teman artifisial Bumi dalam mengorbit Matahari.
Bisa menciptakan teman artifisial untuk Bumi merupakan sebuah tonggak kecerdasan manusia dalam menguasai isi langit. Maka tidak heran jika definisi dan informasi sputnik sebagai wahana antariksa muncul lebih banyak ketimbang definisi sputnik itu sendiri secara harfiah dalam bahasa Rusia. Semenjak keberhasilan para kosmonot Uni Sovitet itu sputnik menjadi kata yang mengalami pergeseran makna dari travel companion menjadi satellite.
Dalam dunia nyata dan interaksi sesama manusia untuk konteks lebih spesifik, sputnik bukanlah hal yang diciptakan sebagaimana halnya Sputnik 1, Sputnik 2, dan Sputnik 3. Sputnik dalam interaksi manusia adalah bagian dari skenario Illahi yang tidak terprediksi. Bisa jadi orang yang amat dekat dengan kita ternyata tidak memiliki banyak kecocokan dalam hal pemikiran dan selera. Namun menariknya, bisa jadi stranger yang baru dikenal ternyata memiliki banyak kecocokan dengan kita. Terlepas dari itu semua, ditakdirkan bertemu dan memiliki teman yang cocok dalam banyak hal sungguh menyenangkan bukan? Rasanya…kurang lebih sama seperti apa yang dituliskan Ayu Utami dalam Si Parasit Lajang.
“Sebab, apalah yang paling menyenangkan di dunia ini? Buat saya: memiliki teman-teman yang tidak punya kepentingan lain selain berteman itu sendiri.”
Gue rasa kata sputnik adalah terminologi paling pas untuk menggambarkan relasi antar manusia seperti kutipan tersebut. Maka dari itu kata sputnik dalam khazanah bahasa ternyata pernah menjadi sebuah kiasan yang berarti life partner atau significant other.
Sputnik 1 menjadi teman artifisial pertama bagi Bumi selama kurang lebih tiga bulan. Setelah itu keduanya tidak lagi bergerak pada orbit yang sama. Sputnik 1 memiliki batas usia sampai kapan ia bisa menemani Bumi sebagaimana lazimnya sebuah wahana antariksa. Ternyata begitu pula halnya dengan sputnik dalam interaksi antar manusia. Ada masa di mana kita dan sputnik bisa berjalan pada orbit yang sama. Menjadi teman traveling paling menyenangkan untuk berevolusi sebagaimana halnya Bumi terhadap Matahari.
Para kosmonot Rusia tentu sudah memperkirakan sampai kapan Sputnik 1 bisa berjalan menemani Bumi. Mereka, sputnik di dunia nyata, juga punya masa orbit. Hanya saja hal itu dituliskan oleh Yang Maha Kuasa dalam Lauhul Mahfudz. Dan tidak ada manusia yang tahu kapan masa orbit itu selesai.
Tulisan ini terinspirasi dari komentar Yoga saat gue share kutipan Sputnik Sweetheart di Plurk: “Selama ini kita ngira kalau jodoh seumur idup tapi ya apa mungkin sebenernya jodoh jg punya usia, mungkin hanya bertahun2 atau beberapa saat.”
Advertisements Share this: