Rate this book

The Road To The Empire: Kisah Takudar Khan, Pangeran Muslim Pewaris Mongol (2008)

by Sinta Yudisia(Favorite Author)
4.04 of 5 Votes: 2
ISBN
9791367590 (ISBN13: 9789791367592)
languge
English
publisher
Lingkar Pena
series
The Road to the Empire
review 1: Novel karya bunda Sinta Yudisia ini sungguh ciamik, epik, romantik dan heroik. Saya masih belum bisa membayangkan referensi apa yang dijadikan sandaran oleh penulis dalam menghasilkan karya fenomenal ini, dan bagaimana penulis bisa menceritakan secara detail Mongolia pada zaman itu, dan membawa kita para pembaca seolah-olah menyaksikan secara langsung tiap episode-episode yang terjadi. Saya menantikan kelanjutan dari novel ini.
review 2: TENTANG CINTA, PERSAUDARAAN DAN PERJUANGAN(Pelajaran Berharga Dari TRTTE)Judul : The Road To The Empire (Kisah Takudar Khan, Pangeran Muslim Pewaris Mongol)Penulis : Sinta YudisiaPenyunting Ahli : Maman S. MahayanaGenre : Novel SejarahPenerbit : Li
... morengkar Pena Publishing HouseCetakan : I, Desember 2008Sesekali, tanyakanlah pada anak – anak atau remaja di sekitar kita, “Siapa nama pahlawan yang mereka kenal?!”. Tak jarang, tanpa ‘merasa bersalah’, sebagian dari mereka menjawab dengan polos, “Spiderman”, “Wonder Woman”, atau bahkan “Doraemon”! Ajaib bukan?!Maka, sejarah – sejarah yang seharusnya menjadi cermin bagi kita untuk mengarifi kehidupanpun menguap begitu saja.Beberapa tahun terakhir, beberapa orang penulis tanah air mencoba menjawab kegelisahan ini dengan menghadirkan kembali sejarah dalam kemasan yang berbeda; fiksi, entah itu novel ataupun cerpen. Sebut saja di antaranya Tasaro (Pitaloka) , Sakti Wibowo (Tanah Retak), Agus Trijanto (Tonil Nyai di Ujung Senapan), Afifah Afra (Trilogi Bulan Mati) atau Langit Krena Hariadi (Gadjah Mada) yang mewakili generasi saat ini. Di generasi dahulu, bisa kita temui nama Pramodia Ananta Toer (Bumi Manusia), Abdul Muis (Suropati), juga SM. Ardan (Nyai Dasimah). Yang terbaru dan cukup populer adalah Sinta Yudisia dengan novelnya The Road To The Empire yang berhasil meraih Award untuk Buku Fiksi terbaik di ajang Islamic Book Fair 2009 lalu. Novel ini adalah sekuel dari dua novel Sinta sebelumnya, Sebuah Janji dan The Lost Princes. Sayangnya dua buku terdahulu ini kurang ‘terdengar’ gaungnya. Padahal, menurut saya pribadi, dua buku ini tidak kalah bagusnya. Hanya saja, secara kemasan, The Road To The Empire memang tampil lebih menarik dan menjual.Novel setebal 586 halaman ini sangat kental nuansa Mongolnya. Kita akan dibawa oleh Sinta Yudisia, yang telah menulis beberapa buku best seller ini, ke dalam sebuah pertempuran bukan hanya fisik, tapi juga batin seorang pejuang mongol, Takudar Khan. Membaca buku ini, niscaya kita akan semakin menghayati nilai sebuah ikatan persaudaraan yang bukan disebabkan oleh aliran darah semata, tapi oleh sesuatu yang lebih dalam dari itu. Dan tanpa anda sadari, anda akan menangis atau mungkin tersentuh dan tertawa karenanya. Kisah yang sungguh indah dan inspiratif.Novel ini bercerita tentang Takudar, Arghun dan Buzun adalah tiga putra mahkota dari dinasti mongol yang tercerai berai karena penghianatan Albuqa Khan yang dianggap sebagai tangan kanan Kaisar, tapi sebetulnya tak lebih seperti srigala berbulu domba. Ayahnya, Tulquq Timur Khan, juga ibunya Permaisuri Ikhata meninggal dunia dengan tidak wajar. Padahal kaisar Tulquq Timur Khan yang bijaksana itu mempunyai harapan yang mulia untuk mengembalikan kejayaan dinasti mongol dan menyatukan rakyatnya di bawah panji perdamaian yang kokoh tanpa dikotori pertumpahan darah dan kekerasan sebagaimana yang dilakukan leluhurnya. Tentu masih lekat dalam sejarah bagaimana kejamnya Jengish Khan yang mencatat sejarah berdirinya imperium Mongolia sebagai kekaisaran terbesar kedua di dunia dan yang paling masyur di dataran Cina itu dengan tinta darah dan peperangan.Sejak kejadian berdarah yang menimpa istana itu Takudar, putra mahkota, melarikan diri ke arah Barat dan memulai hidupnya sebagai rakyat jelata. Bayangan masa lalu yang seakan terus mengejar, bahkan sampai ke dalam mimpi adalah sebuah siksaan berat yang harus ditanggungnya sepanjang hidup. Iapun berganti nama menjadi Baruji dan menyusun kekuatan di sebuah madrasah pimpinan putera Syaikh Jamaluddin dan memeluk keyakinan yang dianut Syaikh Jamaluddin dan keturunannya.Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Mampukan Takudar atau Baruji merebut kembali tahta dan mengubah wajah Mongolia yang penuh ceceran darah dengan cahaya yang cemerlang?! Apakah Takudar akan bertemu dengan saudara-saudaranya kembali? Sanggupkan Takudar melawan adiknya sendiri, Arghun Khan, yang memimpin Monggol dengan tangan besi?! Apakah takudar akan menikah dengan Yan Chi, yang selalu setia bersamanya?!Semuanya akan terjawab dalam rentetan peristiwa yang seolah rententan pristiwa yang diolah secara indah oleh Sinta Yudisia dalam novel ini. Nuansa sejarah yang kaku dan membosankan berhasil ditepis oleh penulis paling prodkutif di jajaran aktivis FLP ini. Bahasa yang mengalir tajam adalah kekuatan utama novel ini.* * *“Menguras perasaan!”Itulah kesan pertama saya usia membaca novel tebal ini. Cinta, penghianatan, persaudaraan, intrik, taktik perang dan segala hal seolah menyatu dalam novel ini. Hal ini semakin terasa karena Sinta Yudisia berhasil menggambarkan detail dan lattar Monggol dengan begitu indah. Membaca buku ini, kita seolah bisa merasakan nuansa oriental yang sangat kental dan hidup, khas Sinta. Yang saya perhatikan dari karya-karyanya, Sinta Yudisia memang adalah tipe penulis yang mau ‘bersusah payah’ melakukan riset untuk menghasilkan karya yang bermutu dan bernuansa.Dialog – dialog yang padat dan kalimat demi kalimat yang disusun dengan indah serta penuh nuansa semakin membuat kita merasa berat untuk tidak membuka halaman demi halaman novel ini sampai akhir.Lingkar Pena Publishing House, selaku penerbitpun betul – betul memperhatikan detail sampul yang sangat memikat dan epik banget. Nampaknya ini menjadi daya jual sendiri bagi novel ini. Bahkan Maman S. Mahayana, seorang guru besar UI yang telah malang melintang (jie….) di jagad sastra tanah air ikut mewarnai novel ini sebagi editor.Namun, sayangnya, ada banyak kesalahan ejaan kata dalam beberapa lembar buku ini. Kesalahan kecil memang, tapi betapa mengganggunya. Lebih – lebih ketika membaca tagline judul novel ini; Kisah Takudar Khan, Pangeran Muslim Pewaris Mongol. Padahal dalam novel ini, Takudar Khan adalah putra mahkota atau ahli waris, bukan pewaris (yang mewariskan). Aneh sekali, bukan?!. Saya juga termasuk ke dalam golongan pembaca yang merasa ‘diremehkan’ dengan penggunaan tagline di banyak novel belakangan ini. Padahal, saya pikir, tanpa tagline-pun, pembaca cukup memahami seperti apa isi sebuah novel.The Road To The Empire memang adalah judul yang cukup bagus. Namun, apakah tidak lebih baik jika diberi judul yang Indonesia saja?! Memang, belakangan ini, banyak penulis kita yang –maaf- merasa lebih pede memakai judul dengan bahasa asing, karena dianggap lebih mudah diserap pasar. Tapi jika tujuannya agar ide dalam tulisan kita bisa ditangkap, why not?! Namun, memakai judul dengan bahasa Indonesia yang membumi di masyarakat, saya pikir adalah sebuah langkah bijak yang juga harus dipikirkan oleh penulis.Terlepas dari itu, bagaimanapun, The Road To The Empire, adalah sebuah novel yang patut diapresiasikan dan layak menjadi koleksi yang akan dibaca oleh generasi – generasi muslim ke depan, sehingga inspirasi – inspirasi positif dalam novel ini, agar kita terus berjuang membela dien, bisa terus berkibar sepanjang abad.Lebih – lebih lagi, Sinta Yudisia dan para penulis perempuan FLP lainnya lahir di tengah euphoria penulis perempuan yang seolah berlomba ‘mengibarkan’ bendera sastra seputar kelamin.Dan hey, Sinta Yudisia! Mengapa tak kau tulis sejarah Indonesia yang gilang gemilang dalam novelmu?! Saya percaya, banyak yang menunggu goresan pena emasmu! Teruslah berkibar dan jangan padam!***Bima, Juli 2009 less
Reviews (see all)
hawheathera
Membacanya seperti tengah menonton film China. Tapi sangat khas dan kental nuansa keislamannya
elenaborasino
Covernya menggungah untuk dibaca. Tapi tebal jadi masul list lah!
brebre123
Saya belajar banyak tentang deskripsi dan narasi di buku ini.
Write review
Review will shown on site after approval.
(Review will shown on site after approval)
Other books by Sinta Yudisia