Stormswept merupakan buku kelima dari The Ingo Chronicles karya Helen Dunmore. Biasanya aku tidak meminjam novel berseri secara acak, tapi aku sudah lama penasaran dengan Ingo. Seharusnya aku mencari seri yang lebih awal, tapi susunan buku di rak perpusda agak berantakan. Kita kadang menemukan buku-buku di rak yang salah. Selain itu, belum tentu perpusda punya lengkap semua serinya.
Setelah membaca novel ini, aku jadi merasa seharusnya sejak dulu aku sudah mengoleksi seri Ingo. Aku tak tahu apakah Stormswept berkaitan dengan seri lainnya, tapi cerita Stormswept berdiri sendiri dan dapat diikuti tanpa harus membaca seri-seri sebelumnya. Walaupun di sampul belakang buku tertulis “novel dewasa”, Stormswept merupakan novel fantasi remaja yang cukup ringan.
Morveren tinggal bersama keluarganya di sebuah pulau dekat pantai Cornwall. Pulau itu di masa lalu pernah menyatu dengan daratan, namun dihantam pasang tinggi sehingga menenggelamkan kota yang dulunya megah dan indah. Sedikit warganya dapat menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi, tapi banyak yang ditelan samudra. Ada legenda yang mengatakan bahwa mereka yang tenggelam tidak mati.
Suatu hari setelah malam berbadai dahsyat, Morveren menemukan seorang remaja pria di bukit pasir dekat pantai. Remaja itu terluka dan Morveren mendapati bahwa remaja itu bukan manusia, tapi remaja Mer. Morveren meminta bantuan saudari kembarnya, Jenna, untuk menolong Malin, si remaja Mer. Karena tak mungkin mengembalikan Malin ke laut yang ombaknya masih kencang, mereka membawa Malin ke kolam batu karang yang tersembunyi agar dapat memulihkan diri.
Jenna tak mau menerima kenyataan keberadaan Mer, sehingga hubungan kedua saudari kembar itu menjadi agak renggang. Sementara itu, air asin di kolam batu karang tak membuat keadaan Malin semakin membaik karena kolam itu bukan Ingo, laut dalam bahasa Mer. Juga ada masalah lain, orang-orang jahat yang berniat menangkap Malin. Jadi, Morveren harus segera mengeluarkan Malin dari kolam karang itu.
Hubungan antara Morveren dan Jenna sangat unik. Mereka dapat berkomunikasi melalui pikiran. Saat kecil mereka berbagi semuanya, tapi semakin tumbuh dewasa ada tembok yang mulai membatasi mereka. Namun, Morveren maupun Jenna tak bisa mengabaikan satu sama lain terlalu lama.
Sejak bertemu Malin dan kaum Mer lainnya di Ingo, Morveren merasa menemukan dunia di mana seharusnya ia berada. Malin berpendapat bahwa Morveren adalah bagian dari kaum Mer. Morveren ingin berada di Ingo, tapi ketika mendengar panggilan Jenna di benaknya, ia sadar tak bisa meninggalkan saudari kembarnya.
Ini kisah penyelamatan yang seru. Aku berharap Malin dan Morveren bisa jadi sahabat. Tapi, sifat kaum Mer yang mendesak manusia yang dianggap sebagai kaumnya untuk tetap berada di Ingo agak mengerikan, pada awalnya. Seperti kaum Mer yang menginginkan Digory, adik Morveren yang jago bermain biola, agar tetap bermain musik di Ingo. Juga Malin yang terus membujuk Morveren agar ikut dengannya. Namun, Malin menghargai keputusan Morveren untuk kembali pada keluarganya.
Aku jarang menjumpai novel fantasi yang mengangkat topik tentang laut. Novel yang aku ingat adalah Monster Mission karya Eva Ibbotson yang aku baca di awal tahun 2016. Life of Pi karya Yann Martel adalah novel keren tentang petualangan seorang anak laki-laki terombang-ambing di laut bersama seekor harimau. Ada juga novel karya penulis kecil Indonesia tentang penyelamatan hewan laut (kalau tidak salah), tapi aku lupa judulnya. Kalau ada yang tahu novel lain, tolong rekomendasinya.
Advertisements Share this: