Review Buku #5 – Red Nights (2015)

The red night overtakes the stars, taking away everything I love.

Red nights, novel si mbak Shari ini termasuk genre romance suspense. Romancenya gemesin dan misteri yang harus dipecahkan juga jelas. Balance.

Felicity Stone, wanita berumur 25 tahun dengan karir yang sukses dengan menjadi kepala koki di sebuah restoran. Hidupnya normal saja, mengalir seperti air mengalir. Tapi tidak lagi setelah kejadian dimana malam merah itu menghantuinya. Rumah Felicity terbakar, tidak ada yang tersisa. Beruntungnya, Felicity yang terbangun dari tidur saat itu dapat selamat. Tapi tidak dengan Blake Stone, saudara kembarnya. Felicity bahkan tidak mengetahui bahwa Blake masih tertinggal di rumah itu ketika kebakaran terjadi. Felicity langsung down dan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat menyelamatkan Blake. Penyesalan selalu datang. Semenjak kejadian itu, langit ketika malam hari yang ia lihat tidak lagi gelap, melainkan merah.

The pain may never go away, but you’ll become so used to it that you learn how to live with it.

Hayes Peyton, pria berumur 29 tahun yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaannya lagi sebagai detektif. Ia merasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan anak perempuannya, Ella. Saat itu Ella diculik dan Hayes terlambat untuk menemukannya. Ketika Hayes menemukannya, Ella sudah dalam keadaan sekarat. Dalam pelukan Hayes, Ella meninggal saat itu juga. Ia pun keluar dari pekerjaannya untuk fokus menemukan penculik Ella dan membunuhnya dengan tangannya sendiri. Tapi waktu berjalan dengan cepat dan kasus penculikan Ella belum tuntas. Hingga suatu malam dia bertemu dengan Felicity dan hidupnya mulai membaik.

Tanner Holt, pria yang pernah menjalani hubungan asmara dengan Felicity merangkap sahabat dekat Blake. Tanner dan Felicity putus bukan karena adanya masalah atau pudarnya perasaan masing-masing. Melainkan karena Blake sangat menentang hubungan mereka. Felicity yang lebih mengedepankan keluarganya akhirnya memutuskan Tanner secara sepihak. Walaupun begitu, Tanner tetap berhubungan baik dengan Stone bersaudara ini. Tanner sendiri sudah mengenal keluarga Stone dari kecil dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh orang tua Stone. Walaupun terlihat seperti pria good-looking dan baik, Tanner mempunyai rahasia gelap.

Aspen, sahabat dan rekan kerja Felicity yang baru ia kenal 1 tahun ini. Ketika rumah Felicity terbakar habis, ia mengajak Felicity untuk tinggal 1 apartemen bersamanya. Aspen secara diam-diam sering doing sex dengan Blake. Rasa cinta Aspen kepada Blake hanya sepihak saja. Blake hanya menganggap Aspen sebagai “teman bermain” ketika senggang. Ketika kematian Blake, ia sangat sedih. Ia merahasiakan hubungannya dengan Blake dari siapapun, termasuk Felicity.

Life has a funny way of bringing people together. Like fate

Felicity dan Hayes bertemu pertama kali ketika Felicity sedang memandang langit malam di taman. Hayes yang mempunyai kebiasaan membawa jalan-jalan anjingnya yang bernama Lady ketika malam hari pun bertemu dengan Felicity. Dari awal pertama bertemu, mereka sudah saling tertarik. Di pertemuan ketiga mereka, Hayes langsung mengajak kencan Felicity. Ketika moment kencan tersebut, Felicity menceritakan kebakaran yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Di saat kencan itu juga Felicity dan Hayes resmi berpacaran. Gue mikir, cepat banget progressnya -.- Tapi si author lah yang memutuskan jalan ceritanya. Gue suka aja mereka langsung jadi couple. Hayes –by the way I love this character– itu tipe cowok yang humoris dan selalu punya bahan pembicaraan yang menyenangkan. Di situasi lain, Hayes bisa menjadi sangat serius dan fokus pada sesuatu yang ia yakini. Sedangkan Felicity mempunyai sifat yang easy-going. Karena masing-masing mempunyai beban dan penyesalan dalam hidup, mungkin takdir mempertemukan mereka untuk saling melengkapi dan mengobati luka satu sama lain.

Okay skip dulu soal romancenya. Balik ke inti cerita. Felicity mempunyai kebiasaan merokok 1 batang rokok tiap harinya. Kebiasaan merokoknya itu dilakukan untuk menghilangkan rasa stress dan gugup yang tidak jarang ia alami. Dalam penyelidikan polisi, yang panjang ceritanya dan gue agak malas menjelaskan disini, Felicity dicap sebagai tersangka utama dalam kebakaran di rumahnya sendiri karena ditemukan puntung rokok di lokasi kejadian. Tentu Felicity tidak terima begitu saja. Ia berpikir bagaimana mungkin ia membunuh saudara kembarnya sendiri. Dengan bantuan Hayes, satu-satunya orang yang percaya padanya, Felicity pun menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Sekali lagi, Hayes begitu so sweet (ini apaan dah). Karena adanya kemauan Felicity untuk membongkar selak beluk kebakaran tersebut, ia juga harus siap menghadapi fakta yang tersembunyi di belakangnya. Fakta yang melibatkan orang dekat yang ia sayangi.

The sky is a two-way mirror; us on one side, and our loved ones that have passed on the other. They’re in the stars, and they’re able to look down and watch over us.

Bagian prolog novel ini sama sekali di luar dugaan gue. Doi berhasil bikin semua dugaan gue salah semua, well kecuali dugaan tentang betapa so sweetnya si Hayes (mulai lagi dah). Alur cerita yang bikin penasaran tiap chapternya, membuat waktu terasa cepat berlalu begitu saja. Agak lebay sih. Tapi beneran deh, waktu gue baca ginian, mendadak udah malam aja. Dan endingnya bahagia kok. Hayes dilamar Felicity di tengah jalan raya. Sebenarnya Hayes ingin melamarnya secara romantis di restoran yang sudah dibooking hari itu, tetapi Hayes berkata bahwa ia sudah tidak sabar. Duh agresif. Ending yang bahagia begitu ternyata disertai dengan bab epilog yang tidak juga dapat disangka. Datang surat cinta merangkap peringatan dari stalker berat Felicity. Si pelaku yang dijatuhi hukuman penjara selama 25 tahun, dengan manisnya menjelaskan perasaan dan motif sebenarnya dari tindakannya. Berikut penggalan akhir dari surat cinta itu :

These years will fly by faster than you know, so enjoy this time for both of us. Trust me when I tell you, I will be on my best behavior here.
I’ll leave you with this: all good is laced with some bad, and everything you think is the truth is nothing more than a blatant lie. Love is a fickle thing, Liss. It can make you bat shit crazy. I’ve even heard that some people go so crazy that they just become sane again. We’ll hope for that.
I wish you the best in your future endeavors, and I recommend you always watch your back.
Take care, Liss. I look forward to the day we see each other again, but until then, just remember; I will love you until the day you die.

– Tanner

Surat cinta di atas sangat menarik perhatian gue. Kenapa? Lihat saja bagaimana parahnya sisi gilanya Tanner.

Sometimes we think we know the people closest to us, and then it turns out we might just know them the very least.

Dan gue beruntung ketemu ini buku. Karena ada 1 lagi author yang masuk daftar favourite dan wajib gue ikuti semua bukunya