“Begitulah semuanya dimulai: Daftar Kebencian yang terkenal. Dimulai sebagai lelucon. Sebuah cara untuk melampiaskan frustrasi. Hanya saja, daftar itu tumbuh menjadi hal lain yang tidak pernah kuduga.” (Hate List, halaman 122)
Apa yang kamu ingat terkait tanggal 2 Mei? Hari Buruh? Atau–yang bagi saya–ulang tahun David Beckham, salah satu legenda sepak bola Inggris dan Real Madrid. Tanggal 2008 bagi siswa Garvin High School sendiri sangat berarti dan mungkin membawa mimpi buruk bagi sebagian lainnya.
Seorang siswa melakukan penembakan di The Commons, kafetaria sekolah. Nick Levil, pemuda tersebut, menembaki orang-orang yang namanya ada dalam Daftar Kebencian yang ia dan pacarnya, Valerie Leftman, buat. Daftar tersebut berisi nama dan hal-hal yang Valerie dan Nick benci.
Valerie dipaksa untuk menghadapi rasa bersalahnya ketika ia harus kembali ke sekolah beberapa bulan setelah insiden tersebut. Ia dibayangi oleh rasa cintanya pada Nick juga Daftar Kebencian yang awalnya ia buat sebagai pelampiasan rasa frustrasinya. Mampukah Valerie melewati delapan puluh tiga hari yang penuh dengan kebencian, tekanan, dan putus asa?
“Sekolah tidak bisa memutuskan apakah aku ini pahlawan atau penjahat, dan kurasa aku tak bisa menyalahkan mereka. Aku sendiri sulit menentukannya. Apakah aku orang jahat yang menjalankan rencana untuk menghancurkan setengah isi sekolah, atau pahlawan yang mengorbankan diri untuk mengakhiri pembantaian?” (Halaman 10)
*
Saat kali terakhir saya membaca dan mengulas The Fill-in Boyfriend karya Kasie West (diterjemahkan oleh Penerbit Spring, ulasannya bisa dibaca di sini) saya menulis bahwa beberapa tahun terakhir saya sedikit beralih pada novel bergenre remaja-dewasa muda terjemahan dibanding terbitan lokal. Novel-novel ini membawa isu yang tidak hanya sekadar soal cinta monyet atau kisah klise lainnya.
Hate List kali pertama diterbitkan di New York sekitar tahun 2009 dan kemudian diterjemahkan oleh Penerbit Spring tahun 2017 ini. Tidak hanya berkisah tentang bagaimana kecintaan Valerie Leftman pada pacarnya, Nick Levil, yang merupakan pelaku penembakan di sekolah. Lebih jauh, novel bernuansa dark ini membawa isu lain. Tentang keluarga, tentang kepercayaan, tentang kebencian, tentang teman dan musuh, juga penyembuhan diri. Saya juga menangkap isu yang sering terjadi di lingkungan sekolah: bullying.
“Seringnya, orang-orang hanya mengabaikan keberadaanku, yang kupikir sangat bagus. Hanya saja, itu sulit. Menjadi orang buangan sejati, tanpa teman buangan lainnya, benar-benar sulit.” (Halaman 194)
Novel yang menggunakan sudut pandang orang pertama ini bercerita dari sisi Valerie, gadis yang dituduh sebagai pelaku sekaligus korban dalam kasus penembakan. Valerie harus menghadapi kenyataan bahwa nyaris seluruh Garvin mengenalnya sebagai gadis yang menulis daftar nama-nama orang yang ia benci—yang sebagian dalam daftar tersebut menjadi korban penembakan. Ia harus menghadapi rasa bersalahnya ketika kembali ke sekolah dan menghadapi tahun terakhir di SMA di tengah kebencian dan penghakiman teman-teman bahkan sahabat-sahabatnya.
Pertanyaannya : Mampukah Valerie menghadapi itu semua?
Jennifer Brown mengajak kita untuk menyelami Valerie, seorang gadis yang dijadikan pahlawan sekaligus penjahat. Memahami keputusasaannya, kebenciannya, keterpurukannya, rasa cintanya pada seorang anak lelaki penggila Shakespeare, dan memahami ketidakmengertiannya pada kondisi keluarganya sendiri. Memahami seorang anak lelaki yang dituduh monster, tetapi juga seorang korban. Memahami bagaimana kondisi korban. Memahami perubahan yang terjadi setelah insiden. Memahami bahwa, setelah yang terjadi, ada yang tidak berubah.
Memahami bagaimana seorang sahabat menjadi musuh, dan apakah seorang musuh bisa menjadi teman. Memahami bagaimana kondisi keluarga bisa sangat berpengaruh pada pertumbuhan seorang anak. Bagaimana remaja yang tidak memiliki support system yang baik mencari perlindungan di tempat lain yang jauh dari keluarga, guru, atau orang terdekat lainnya.
“Pada saat itu, Frankie adalah adik terbaik yang bisa diminta siapa pun.” (Halaman 167)
“Menyesal demi seorang ibu, ya, tetapi karena seorang ibu, jangan pernah.” (Halaman 229)
Salah satu hal yang saya apresiasi dari Penerbit Spring selain terjemahannya yang bagus, juga adalah editan yang apik. Saya suka penggunaan istilah asing yang diminimalkan dan diganti dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia—yang meski terdengar baru bahkan asing, tetapi sangat Indonesia sekali. Misalnya, kata loudspeaker yang diganti dengan pelantang suara, headset diganti dengan pelantang telinga, snack diganti kudapan, dll.
Dokter Hieler dan Jessica Campbell adalah karakter-karakter yang juga menarik dalam buku ini. Dan Jeremy serta Bea adalah karakter yang menjadi misteri untuk saya. Saya merasa kisah mereka tidak ada awal dan akhirnya. Saya tidak tahu sebesar apa mereka berpengaruh pada hidup Valerie, pada kisah ini.
Tetapi, siapa yang peduli jika lima halaman terakhir membuatmu menangis sesenggukan?
*
Judul buku: HATE LIST │ Penulis: Jennifer Brown │ Penerjemah: Yudith Listiandri │ Penyunting: Ayu Yudha │ Penyelaras Aksara: Mery Riansyah │ Desain Sampul: Indah Rakhmawati │ Penata Sampul: @teguhra │ Penerbit: Spring │ Tahun terbit: 2017 │ Jumlah halaman: 378 halaman │ ISBN: 978-602-6682-01-7
GIVEAWAY HATE LIST
Nah! saya yakin setelah membaca beberapa ulasan buku Hate List–salah satunya ulasan saya ini–pasti banyak yang penasaran ingin membaca bukunya. Iya atau iya? Hehehe. Mau buku ini secara GRATIS? Tenaaaaang, karena Penerbit Spring akan memberikan satu eks HATE LIST karya Jennifer Brown untuk kalian yang beruntung. Caranya?
Ikuti terus Blogtour Novel HATE LIST di lima blog tersebut, karena Giveaway hanya akan diadakan satu kali pada final blogtour, yaitu di akun Instagram Penerbit Spring. Aturan lengkapnya akan diposting nanti. Makanya jangan lupa follow semua akun media sosial Penerbit Spring, ya. Klu-nya?
Nah, kalian nanti hanya akan diminta membuat PHOTO QUOTE seperti itu. Cukup kumpulkan kutipan yang berasal dari novel HATE LIST yang tersebar di akun-akun host blogtour dan kreasikan deh seunik dan semenarik mungkin. Jangan lupa gunakan tagar #HateListQuoteGA #FinalBlogTourSpring_November #PhotoQuote. Cukup mudah ‘kan? Makanya jangan sampai ketinggalan yaaaaaa. Semangaaaaattttt!
–Sawaddee Kha-
Advertisements Share this: